REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Presiden baru Taiwan, Tsai Ing-wen mengatakan Cina tak perlu takut akan demokrasi dan bisa mencontoh Taiwan. Hal itu disampaikannya dalam memperingati insiden berdarah di Lapangan Tiananmen, Beijing, 27 tahun lalu.
Tsai mengatakan pada pemilu Taiwan tahun ini ia melihat banyak warga Cina, serta dari wilayah teritori seperti Hong Kong dan Macau, bercampur dengan banyak warga Taiwan.
"Di sini banyak teman, setelah mengalami hal-hal untuk diri mereka sendiri dapat melihat sebenarnya tak ada yang menakutkan dengan demokrasi. Demokrasi adalah hal baik dan akan baik-baik saja," kata Tsai.
Cina mengirimkan tank untuk membubarkan demonstrasi pada 4 Juni, 1989. Beijing tak pernah merilis angka kematian, tetapi kelompok hak asasi dan saksi memperkirakan korban berkisar ratusan hingga ribuan.
Tsai juga mengatakan, tak bisa disangkal kemajuan Cina dibuat di bawah Partai Komunis. Namun menurutnya, Cina akan lebih dihormati dunia internasional jika memberikan lebih banyak hak bagi rakyatnya.
Tsai mengatakan Taiwan memahami rasa sakit yang disebabkan insiden Tiananmen. Menurutnya, Taiwan memiliki pengalaman yang sama dalam perjuangan untuk demokrasi, mengacu pada penindasan di bawah darurat militer yang diberlakukan oleh Nasionalis atas pulau itu pada 1949-1987.
"Saya di sini bukan untuk memberikan nasihat tentang sistem politik di sisi lain dari Selat Taiwan, tapi saya bersedia dengan tulus berbagi pengalaman demokrasi Taiwan," katanya.
Di Beijing, keamanan dijaga dengan sangat ketat di Lapangan Tiananmen dengan pos-pos pemeriksaan panjang. Sementara sebagai besar media pemerintah tak menyebutkan soal peringatan peristiwa itu karena merupakan hal sensitif.
Sementara di Hong Kong insiden Tiananmen diperingati dengan penuh toleransi. Sekitar 125 ribu orang menghadiri acara dan menyalakan lilin di Victoria Park. Polisi menurunkan sekitar 21.800 personelnya.