Rabu 08 Jun 2016 15:55 WIB

Polisi Papua Nugini Tembak Pengunjuk Rasa, Empat Tewas

Red: M Akbar
Seorang pria yang dilaporkan ditembak polisi saat demonstrasi mahasiswa di Port Moresby, Papua Nugini digotong rekannya.
Foto: @Mangiwantok/abc
Seorang pria yang dilaporkan ditembak polisi saat demonstrasi mahasiswa di Port Moresby, Papua Nugini digotong rekannya.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Kerusuhan, penjarahan dan penembakan terjadi di ibukota Papua Nugini (PNG), Rabu (8/6), setelah polisi menembak seorang mahasiswa pengunjuk rasa, menyebabkan puluhan orang terluka dan sedikit-dikitnya empat korban tewas, kata petugas dan penduduk.

Gelombang kekacauan politik menerpa negara pulau itu dalam beberapa pekan belakangan di tengah seruan agar Perdana Menteri Peter O'Neill mundur dari jabatan atas dugaan korupsi.

Sejumlah warga di Port Moresby melaporkan polisi melepas tembakan ke arah orang-orang dan menggunakan gas air mata untuk membubarkan kerumunan pada saat terjadi unjukrasa di kampus Universitas Waigani.

"Kini terjadi bentrok besar antara warga dan polisi di luar rumah sakit umum Port Moresby," kata petugas rumah sakit, yang dihubungi melalui telepon oleh Reuters, setelah mahasiswa terluka dikirim ke rumah sakit untuk mendapat pengobatan.

"Terjadi juga penembakan," katanya.

Papua Nugini yang pernah berada di bawah pemerintahan Australia kini berjuang menghadapi kekerasan dan kemiskinan, kendati negeriitu kaya sumber tambang.

Kedudukannya berada pada urutan 139 dari 189 indeks korupsi Transparansi Internasional. Pemerintah Australia selalu mengingatkan mengenai tindak kejahatan dan hukum yang tidak berjalan, selain juga memberikan peringatan perjalanan karena banyak kejadian jumlah "korban mati" yang belum bisa dipastikan.

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Port Moresby mengatakan kepada warganya untuk menghindari daerah-daerah yang dilanda kekerasan di kota.

"Keadaannya masih mudah berubah dan bisa meningkat sewaktu-waktu," demikian tertulis dalam pernyataan kedubes AS.

Mengungsi

Hubert Namani, pengacara dan pemuka usaha, mengatakan bahwa angkutan umum terhenti, kegiatan bisnis tutup dan warga mengungsi ke jalan.

"Orang melakukan penjarahan dan kekerasan, maka polisi berusaha menangkap mereka untuk mengendalikan keadaan," kata Namani kepada Reuters melalui telepon dari Port Moresby.

Lembaga bantuan, yang menolak disebut namanya karena hanya mempunyai informasi awal, mengatakan di klinik kampur Universitas PNG Waigani, sedikitnya terdapat 15 mahasiswa teluka dan empat yang meninggal.

Wakil ketua oposisi, Sam Basil mengatakan bahwa parlemen ditangguhkan pada Rabu hinga Agustus karena O"Neill berusaha menghindari suatu mosi tidak percaya terhadap pemerintah.

"Kami ingin PM mundur dan menempatkan diri sebagai subyek hukum, dan dia tidak bersedia," kata Basil kepada Reuters melalui telepon. Kantor O'Neill tidak segera memberikan tanggapan ketika diminta memberi komentar.

Kelompok Hak Asasi Manusia meminta O'Neill untuk segera membentu badan imparsial untuk melakukan penyelidikan secara terbuka mengenai penembakan dan menahan petugas yang terlibat.

Kebanyakan dari penduduk negara berjumlah tujuh juta itu tinggal di desa-desa terpencil di atas gunung yang tersebar di seluruh negeri.

Kendati demikian, industri energi yang berkembang termasuk pembangunan pabrik gas cair bernilai 20 miliar dolar oleh Exxon Mobile telah mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai hampir 10 persen dalam tiga tahun belakangan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement