Kamis 09 Jun 2016 22:51 WIB

Polisi Bangladesh Tembak Mati Tersangka Militan Garis Keras

Polisi Bangladesh
Foto: AP Photo/A.M. Ahad
Polisi Bangladesh

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Polisi Bangladesh menembak mati lima anggota kelompok terlarang dalam tiga hari, termasuk satu orang pada Rabu (8/6) setelah pasukan keamanan meningkatkan perburuan terhadap kelompok garis keras yang berada di belakang serangkaian serangan.

Lima orang yang diduga anggota organisasi terlarang Jama'atul Mujahidin tewas dalam baku tembak sejak istri pejabat terkemuka kepolisian antiterorisme ditembak mati tersangka kelompok garis keras, Ahad (5/6), demikian kata polisi.

Seorang pendeta Hindu dan seorang veteran Kristen juga dibantai sampai mati dalam serangan yang diakui sebagai tanggung jawab kelompok garis keras ISIS. Sejak Februari tahun lalu, kelompok garis keras Bangladesh telah menewaskan sedikitnya 30 orang, termasuk sejumlah pemilik blogger liberal, akademisi, dan pemeluk agama minoritas.

ISIS dan Alqaidah menyatakan bertanggung jawab atas sebagian besar pembunuhan tersebut, namun pemerintah Bangladesh menyangkal apakah kelompok tersebut benar-benar ada di negara berpenduduk 160 juta jiwa itu. Menurut polisi, dua kelompok terlarang, Tim Ansharullah Bangladesh dan Jama'atul Mujahidin berada di belakang kekerasan tersebut.

Sebelumnya pendeta tua Hindu dibantai hingga tewas, Selasa (7/6). Polisi Bangladesh menduga sebagai rangkaian serangan oleh kelompok garis keras terhadap anggota kelompok minoritas.

Tiga pelaku penyerangan mengendarai motor membunuh Ananta Gopal Ganguly (70 tahun) saat korban sedang dalam perjalanan menuju kuil tempat dia mengabdi di Distrik Jhenaidah, sekitar 100 mil (161 kilometer) di sebelah barat Dhaka, Ibu Kota Bangladesh.

Serangan tersebut menandai peristiwa-peristiwa pembunuhan sebelumnya yang diduga dilakukan oleh kelompok garis keras, kata petugas kepolisian Hasan Hafizur Rahman saat dihubungi per telepon oleh Kantor Berita Reuters dari lokasi serangan.

"Mereka menggorok leher korban hingga dia mati seketika," ungkap Rahman.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement