Jumat 10 Jun 2016 08:46 WIB

Marak Ledakan Bom, Turki Larang Penjualan Pupuk

Sebuah ledakan menargetkan bus polisi di pusat kota Istanbul, Selasa (7/6). Media Turki melaporkan sedikitnya dua tewas dan lima orang terluka karena ledakan bom tersebut.
Foto: Azeri-Press Agency (APA)
Sebuah ledakan menargetkan bus polisi di pusat kota Istanbul, Selasa (7/6). Media Turki melaporkan sedikitnya dua tewas dan lima orang terluka karena ledakan bom tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Turki melarang penjualan sejenis pupuk yang mengandung amonium nitrat yang bisa digunakan untuk membuat bahan peledak, setelah serangkaian serangan bom mobil pada tahun ini, kata Kementerian Pertanian.

Langkah tersebut ditetapkan setelah 11 orang termasuk enam petugas polisi terbunuh pada Selasa dalam serangan bom bunuh diri pada bus polisi, di tengah jam sibuk di pusat kota Istanbul. Surat kabar melaporkan bahan peledak yang digunakan diperkuat dengan pupuk.

"Mulai kemarin, Turki melarang penjualan pupuk yang dapat digunakan sebagai bahan peledak," kata Menteri Pertanian Faruk Celik kepada media elektronik TRT dan menambahkan pihak berwenang sudah menyita 64 ribu ton, Kamis (9/6).

Saham pada perusahaan pupuk langsung anjlok lebih dari tiga persen pada bursa saham Turki. Turki yang merupakan negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menghadapi sejumlah ancaman keamanan dari berbagai bidang, mulai dari kelompok Negara Islam (ISIS) yang dituding melakukan dua serangan bom bunuh diri di Istanbul dan kelompok Kurdi yang dituduh melakukan serangan ke kota pekan ini.

Kekerasan di daerah tenggara yang banyak dihuni orang Kurdi mencapai titik terburuk dalam dua dasawarsa setelah gencatan senjata antara Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan pemerintah terputus Juli lalu. Pasukan keamanan di kawasan tersebut sering menjadi sasaran serangan bom mobil dan serangan serupa juga telah melanda ibukota Ankara.

Celik mengatakan sebelum larangan, pupuk dengan amonium nitrat yang bisa dipakai untuk menguatkan bahan peledak, tersedia di 9.700 tempat penjualan di seluruh penjuru negeri. Harian Haberturk mengatakan pemerintah juga membuat rencana langkah-langkah tambahan untuk memperketat pengawasan pada pergerakan pupuk, termasuk akan memasang keping penanda pada kemasannya dan meningkatkan audit pada perusahaan pengimpor.

Produsen pupuk Bandirma Gubre Fabrikalari (BAGFAS) mengatakan dalam pernyataan di bursa saham pihaknya menangguhkan produksi pupuk dengan kandungan nitrat. Perusahaan itu menghasilkan hampir setengah juta ton pupuk kimia pada 2015, menurut laporan tahunannya.

Saham BAGFAS turun tiga persen sedangkan saham Gubretas, perusahaan lain jatuh hampir 4,5 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement