Ahad 12 Jun 2016 00:13 WIB

Pemilu Australia, Politisi Gunakan Medsos Tarik Simpati Pemilih Muda

Menlu Australia Julie Bishop berkampanye di Melbourne.
Foto: snapchat julie bishop
Menlu Australia Julie Bishop berkampanye di Melbourne.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sosial media memainkan peran yang lebih besar dalam kampanye Pemilu Australia, terutama dengan para pemilih muda, dan sementara partai-partai besar merangkul beberapa platform, beberapa politisi menggunakannya dengan lebih sukses ketimbang politis lainnya.

Jumlah pemuda yang mendaftarkan diri untuk memberikan suara terus meningkat selama tiga tahun terakhir, dan sejak Pemilu federal diumumkan pada bulan April, jumlah mereka telah melonjak.

Lebih dari 70 persen dari pemilih berusia 18 tahun, sekarang, telah terdaftar, dibandingkan dengan 51% pada dua bulan lalu.

Jadi bagaimana politisi menarget mereka? Kedua partai besar mengakui bahwa Facebook masih menjadi platform media social nomor 1.

Sementara Instagram tengah menambah popularitas, Snapchat masih berjuang. Hanya beberapa anggota Parlemen memiliki platform medsos terbaru ini dan mereka belum mencapai tingkat keberhasilan yang diraih Pilpres Amerika.

Snapchat telah membantu Bernie Sanders menjaring suara pemuda dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat AS. Tapi peneliti medsos dari QUT, Axel Bruns, mengatakan, Australia biasanya satu siklus di belakang AS.

"Facebook dan Twitter cukup banyak digunakan tapi mungkin bukan lagi menjadi ruang di mana pemilih muda ada di sana. Instagram, Snapchat, WhatsApp mungkin tempat yang lebih tepat untuk bereksperimen, tetapi pada saat yang sama mereka juga merupakan ruang yang belum dicoba untuk berkampanye," jelasnya.

Siapa yang lebih populer?

Follower Malcolm Turnbull Bill Shorten
Facebook 290,081 128,716
Twitter 621,465 143,684
Instagram 60,500 7,245

Data per 10 Juni 2016.

Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, memiliki ‘follower’ yang jauh lebih besar di Facebook, Twitter dan Instagram, dengan 692.000 ‘follower’ lebih banyak dari lawannya.

Tapi Tim Watts dari Partai Buruh mengatakan, "menghitung jumlah ‘like’ di Facebook adalah cara yang benar-benar buruk untuk mengukur popularitas seseorang di media sosial".

"Jika Anda melihat keterlibatan di halaman mereka, jumlah orang yang berkomentar, memberi ‘like’ pada postingannya atau meneruskan postingan itu, Bill Shorten sebenarnya jauh di depan Malcolm Turnbull," ungkapnya.

Ia berpendapat, "Saya pikir Instagram, khususnya, adalah sumber daya kampanye yang benar-benar kurang dimanfaatkan dalam pemilihan ini. Ia dua kali lebih besar dari Twitter dalam hal pengguna secara bulanan."

Asisten Menteri Inovasi Australia, Wyatt Roy, juga penggemar Instagram. "Setiap anggota Parlemen lokal harus menjadi advokat untuk wilayah mereka dan Instagram adalah cara yang bagus untuk memamerkan daerah dan hal-hal besar di komunitas Anda," ujarnya.

Meski PM Turnbull mem-posting di Instagram secara rutin, ia belum menggunakan Snapchat pada kampanye Pemilu ini, walau ada saran dari Menteri Wyatt. "Kami telah mengobrol tentang hal-hal semacam ini dan Malcolm sangat terkini jika menyangkut media online dan ia adalah penggemar berat hal itu," sebutnya.

Ia menambahkan, "Saya akan terus menyarankan itu dan kita akan lihat."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement