Selasa 14 Jun 2016 14:55 WIB

Survei: ISIS Ancaman Paling Besar di Eropa

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ani Nursalikah
Penumpang dievakuasi dari gedung terminal setelah ledakan di Bandara Brussels di Zaventem dekat Brussels, Belgia, Selasa (22/3).
Foto: EPA / JONAS Roosens
Penumpang dievakuasi dari gedung terminal setelah ledakan di Bandara Brussels di Zaventem dekat Brussels, Belgia, Selasa (22/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Eropa melihat kelompok militan ISIS sebagai ancaman terbesar mereka, melebihi perubahan iklim, ketidakstabilan ekonomi, dan pengungsi. Hal tersebut terungkap dalam sebuah survei yang dilakukan Pew Research Center, Senin (13/6).

Responden di 9 dari 10 negara Eropa yang disurvei mengatakan, mereka melihat ISIS, yang juga dikenal dengan ISIL, sebagai bahaya terbesar. Sebanyak 93 persen dari penduduk Spanyol dan 91 persen dari Prancis menggambarkan kelompok militan tersebut sebagai ancaman besar.

Sebagian besar survei dilakukan pada April, sebulan setelah militan yang setia kepada ISIS menewaskan 32 orang di bandara dan metro Brussels. Laporan Pew diterbitkan sehari setelah seorang pria bersenjata menewaskan 49 orang di sebuah kelab malam di Orlando, penembakan massal paling mematikan dalam sejarah Amerika Serikat.

Hasil survei ini bukan tanpa alasan, mengingat ISIS baru-baru ini mendorong pendukungnya di Amerika Serikat dan Eropa memulai serangan. Pada Mei, ISIS memperbarui panggilan untuk pendukung di Eropa dan AS memulai serangan terhadap warga sipil selama bulan suci Ramadhan, yang berlangsung dari awal Juni hingga awal Juli.

“Ramadhan sudah dekat, dan itu adalah bulan penggerebekan dan jihad, bulan penaklukan,” kata seorang juru bicara ISIS Abu Muhammad Adnani dalam pesan audio yang diunggah secara daring, dilansir dari Los Angeles Times.

Dalam pesan tersebut, Adnani meminta para pendukung ISIS membuat "sebulan penderitaan" bagi non-Muslim. Ia menambahkan, pesan itu secara khusus diarahkan untuk tentara dan pendukung di Eropa dan Amerika.

Sejak 2014, ISIS mendesak pendukung di AS merencanakan dan melakukan serangan mematikan tanpa bepergian ke luar negeri atau berkomunikasi langsung dengan para pemimpin kelompok itu.

Yunani yang berjuang untuk kembali ke pertumbuhan ekonomi setelah hampir tujuh tahun resesi adalah satu-satunya negara yang respondennya tidak menuliskan ISIS sebagai ancaman. Sebaliknya, 95 persen dari orang-orang Yunani mengatakan, ketidakstabilan ekonomi global menimbulkan risiko terbesar bagi negara mereka.

Mayoritas di semua 10 negara mencantumkan perubahan iklim global sebagai ancaman utama, tetapi survei Pew menunjukkan ancaman akibat pengungsi lebih mencolok. Di Polandia, 73 persen responden mencatat kedatangan sejumlah besar pengungsi dari negara-negara konflik seperti Suriah dan Irak sebagai ancaman besar.

Sebagai perbandingan, hanya 31 persen dari Jerman dan 24 persen dari Swedia mengatakan mereka melihat pengungsi sebagai ancaman utama. Meski faktanya, kedua negara tersebut di antara negara yang menerima pengungsi paling besar per kapita di seluruh Eropa.

Rata-rata, sekitar sepertiga dari responden di 10 negara menjelaskan ketegangan dengan Rusia serta munculnya Cina sebagai kekuatan dunia sebagai ancaman besar. Polandia dengan 71 persen responden memasukkan Rusia sebagai bahaya signifikan, lebih dari dua kali persentase di Italia, Prancis, Jerman, dan Inggris.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement