REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengatakan pendapat Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) selalu bulat terkait Laut Cina Selatan (LCS) dan hal itu terbukti dengan pernyataan yang disampaikan selama ini.
"Isu Laut Cina Selatan, ASEAN selalu ada statement (pernyataan) bersama, kalau tidak ada suara bulat, kita tidak akan bisa mengeluarkan statement' di Sunnyland, Laos, dan Sochi kemarin," kata Arrmanatha usai memberikan keterangan pers mingguan di Ruang Palapa Kemlu, Jakarta, Kamis (16/6).
Pernyataan yang dimaksud adalah pernyataan yang disampaikan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Peringatan Kerja Sama ASEAN-Amerika Serikat di Sunnyland, Kalifornia, Februari 2016, dan KTT Peringatan Kerja Sama ASEAN-Rusia di Sochi, Rusia, Mei 2016 dan KTT ASEAN yang akan datang di Laos, September 2016.
Terkait pengaduan Filipina ke Mahkamah Arbitrase Internasional (PCA) tentang sembilan garis pantai antarpulau yang diklaim Cina, Arrmanatha mengatakan Indonesia akan melihat dulu hingga hasilnya keluar. "Saya tidak bisa melihat sesuatu yang terjadi di masa depan, kita harus lihat dulu hasil PCA," kata dia.
Arrmanatha juga menggarisbawahi ada banyak aspek lain yang harus diperhatikan dalam hubungan ASEAN-Cina selain masalah LCS, terutama bidang ekonomi dan perdagangan. "Kita punya target satu triliun perdagangan pada 2020, target 150 miliar dolar investasi 2020, proyek kerja sama pendidikan dan lain-lain," kata dia.
Arrmanatha menambahkan pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN-Cina di Kunming, Yunan, Cina, 13-14 Juni 2016 bukan hanya tentang LCS. "Ini pertemuan yang bukan khusus LCS, ini ASEAN-Cina yang isunya lebih besar dari itu (LCS)," kata dia.
ASEAN dan Cina akan memperingati 25 tahun kerja sama pada September 2016 yang akan ditandai dengan KTT Peringatan ASEAN-Cina di Vientine, Laos, bersamaan dengan KTT ASEAN dan KTT ASEAN dengan para negara mitra kerja.