Jumat 17 Jun 2016 06:19 WIB

Warga Indonesia Berbagi Pengalaman Berpuasa di Australia

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Bulan Ramadhan di Australia bertepatan dengan musim dingin. Suhu udara di sejumlah negara bagian besar pada Juni rata-rata berkisar antara 10 hingga 15 derajat Celsius.

Suhu bahkan lebih rendah dan dingin menusuk tubuh setelah matahari tenggelam hingga menyambut fajar. Tetapi hal ini tidak mematahkan semangat umat Muslim di Australia untuk melaksanakan serangkaian ibadah di bulan puasa, termasuk bagi umat Muslim asal Indonesia.

Terlebih di Indonesia, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, suasana Ramadhan sudah dianggap sebagai perayaan yang besar. Lantas seperti apa saat umat Muslim, sebagai kelompok minoritas memperingati bulan suci Ramadhan di Australia?

Marsya Fransiska adalah warga Indonesia yang baru dua bulan tinggal di Melbourne. Tetapi tahun ini menjadi Ramadhan kedua kalinya di Australia, setelah sebelumnya ia tinggal di Perth. "Bedanya sahur sendiri, apa-apa harus dilakukan sendiri, tetapi lebih gampang karena lebih pendek waktunya," ujar Marsya saat ditemui di acara buka puasa bersama di Kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI), beberapa waktu lalu.

Meski Australia adalah negara multikultur yang memiliki warga dari segala budaya dan agama, Marsya mengaku ia belum merasa puasa sebagai bagian dari budaya Australia. "Tapi di kantor saya lebih toleran. Mereka lebih mengerti sehingga saya diperbolehkan untuk pulang lebih awal," ujar Marysa yang sehari-hari bekerja di bidang marketing.

Perbedaan berpuasa sebagai kelompok minoritas juga dirasakan oleh Aulia Hakim, mahasiswa jurusan ekonomi di University of Melbourne. Yang lebih berkesan, Ramadhan pertamanya di Australia ini bertepatan dengan jadwal ujian akhir semesternya.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/wisata-nad-budaya/warga-indonesia-berbagi-pengalaman-puasa/7513936
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement