Selasa 21 Jun 2016 08:54 WIB

Senat AS Tolak Pengendalian Senjata

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Mobil polisi mengepung kelab malam kaum gay, Pulse Orlando di Orlando, Florida, Ahad, 12 Juni 2016. Penembakan yang terjadi menewaskan 20 orang dan melukai 42 lainnya.
Foto: AP Photo/Phelan M. Ebenhack
Mobil polisi mengepung kelab malam kaum gay, Pulse Orlando di Orlando, Florida, Ahad, 12 Juni 2016. Penembakan yang terjadi menewaskan 20 orang dan melukai 42 lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Senat Amerika Serikat menolak empat proposal larangan senjata terbaru, Senin (20/6). Padahal desakan untuk lebih mengetatkan aturan senjata meningkat pascapenembakan Orlando.

Empat proposal yang diajukan terkait pemeriksaan latar belakang calon pembeli dan menghentikan penjualan pada mereka yang masuk daftar teror. Jumlah suara untuk mendukungnya kurang dari 60 yang seharusnya dibutuhkan dari 100 anggota senat.

Penembakan massal Orlando beberapa waktu lalu menjadi salah satu desakan pada pembuat kebijakan untuk merespons dengan cepat. Namun kurangnya dukungan dari anggota dewan menunjukkan masih banyak pembela hak bersenjata.

Demokrat menuduh Republik menjegal setiap langkah keamanan bersenjata. Republik dan sekutu dari Asosiasi Senjata Nasional menyebut rencana Demokrat terlalu ketat dan menginjak-injak hak konstitusional seseorang untuk melindungi dirinya.

"Ini selalu sama saja, setelah setiap tragedi, kami Demokrat mencoba meloloskan proposal keamanan bersenjata. Sayangnya, usaha kami selalu diblokir Kongres Republik yang menerima perintah dari Asosiasi Senjata Nasional," kata Pemimpin Senat Demokrat, Harry Reid dari Nevada.

Sementara Pemimpin Mayoritas Senat, Mitch McConnell mengatakan rencana Demokrat tidak efektif dan mereka tidak tulus dengan upayanya. Menurutnya, senator-senator Republik lebih mendorong pada solusi nyata yang tetap bisa menjaga keamanan warga Amerika dari ancaman terorisme.

Upaya pengendalian senjata telah gagal setelah sejumlah penembakan massal. Termasuk penembakan di sekolah Newtown, Connecticut pada 2012 dan penembakan pusat konferensi di San Bernardino, Kalifornia pada 2015.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement