Kamis 23 Jun 2016 10:51 WIB

30 Warga Sipil Raqqa Tewas karena Serangan Udara

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ani Nursalikah
Penduduk berlarian mencari perlindungan di Provinsi Raqqa, timur Suriah
Foto: Reuters
Penduduk berlarian mencari perlindungan di Provinsi Raqqa, timur Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, RAQQA -- Lebih dari 30 warga sipil tewas dan 150 terluka dalam serangan udara di Suriah. Serangan tersebut menargetkan kelompok militan ISIS.

Seperti diberitakan Aljazirah, Rabu (22/6), sekitar 32 warga sipil tewas dan 150 terluka dalam serangan Rusia pada kota Raqqa, ibu kota de facto ISIS. Observatorium Suriah yang berbasis di Inggris untuk Hak Asasi Manusia menyebutkan, korban tewas adalah 25 warga sipil, termasuk enam anak.

Penyerangan terjadi sehari setelah ISIS mendorong pemerintah 40 kilometer dari kota strategis Tabqa. Kota tersebut berada di daerah barat dari kota Raqqa yang memiliki bendungan terbesar Suriah dan sebuah pangkalan udara.

Menurut Observatorium, pasukan pemerintah dan milisi sekutu telah mencapai tujuh kilometer dari bandara pada Ahad.

Pangkalan udara Tabqa adalah posisi terakhir yang dikuasai pasukan pemerintah di provisi Raqqa sebelum ISIS menyerbu pada Agustus 2014. Serangan ISIS tersebut menewaskan puluhan tentara dalam pembantaian yang didokumentasikan di video.

ISIS telah memberlakukan aturan ketat di kota Raqqa, rumah bagi lebih dari 220 ribu orang sebelum konflik Suriah. ISIS juga melakukan kekejaman terhadap penduduk sipil sejak pengambilalihan lebih dari dua tahun lalu.

Kelompok ini berada di bawah tekanan Irak, Suriah dan Libya dalam beberapa pekan terakhir. Tetapi keuntungan baru-baru ini di Raqqa menunjukkan pemerintah masih mampu mengambil alih dengan bantuan pesawat-pesawat tempur Rusia.

Menurut analisis pertahanan IHS Jane, ISIS telah kehilangan sekitar 14 persen dari wilayahnya pada 2015. Saat ini ISIS sedang berjuang mempertahankan wilayah dari koalisi dan harus menangkis tentara saingan dan faksi-faksi di berbagai bidang.

Perang sipil Suriah diawali pemberontakan sebagian besar tidak bersenjata terhadap Presiden Bashar al-Assad pada Maret 2011. Tapi pemberontakan tersebut dengan cepat berkembang menjadi konflik penuh bersenjata.

Utusan khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura memperkirakan pada April, lebih dari 400 ribu warga Suriah tewas. Meskipun ia mengaakan jumlah tersebut bukan statistik resmi PBB. Hampir 11 juta warga Suriah, separuh penduduk sebelum perang negara itu telah mengungsi dari rumah mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement