REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat hubungan internasional Hizkia Yosie Polimpung melihat Cina sudah mulai menancapkan hegemoninya di ASEAN, terutama di Laut Cina Selatan.
Menurut dia, Cina sudah memiliki strategi yang cukup kuat untuk memainkan peran di Laut Cina Selatan. Yosie mengatakan, Cina mulai menggunakan pendekatan bilateral ke beberapa negara ASEAN, seperti Laos, Kamboja, dan Brunei Darussalam. "Cina kayak nantang banget," katanya, Rabu (22/6).
Yosie melihat Cina dengan stabil menancapkan hegemoni geopolitiknya dengan pendekatan struktural ekonomi. Menurut Yosie, pendekatan bilateral menjadi salah satu cara Cina mempereteli kekuatan ASEAN.
Pendekatan bilateral ini, menurut Yosie, akan sangat berbahaya karena Cina tidak lagi melihat ASEAN sebagai kekuatan regional. Selain itu, fungsi ASEAN di bidang pertahanan pun menjadi tidak berjalan.
Yosie menambahkan, nota-nota protes Cina karena nelayannya ditangkap hanya sebuah gerakan kecil Cina. Yosie menuturkan, beberapa waktu lalu ia mendapat informasi pasukan Cina melakukan latihan perang di selatan Laut Jawa.
"Kalau menurut aturan, lewat ya lewat saja, tapi tidak latihan perang juga," katanya.
Baca juga, Menlu Minta Cina Hormati Kedaulatan Indonesia.
Keberanian Cina menunjukkan hegemoninya, menurut Yosie, disebabkan tidak ada gerakan dari Indonesia. Yosie menambahkan, persoalan Laut Cina Selatan akan terus berlarut-larut karena Indonesia menolak menyatakan diri sedang bersengketa. Sedangkan, Cina sudah memiliki strategi-strategi untuk memperkuat posisinya di kawasan ASEAN.
Belum lama ini, kapal TNI AL menangkap kapal berbendera Cina yang mencari ikan di perairan Natuna