REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Inggris akan kehilangan pengaruhnya secara global jika negara itu memilih Brexit (keluar dari Uni Eropa), kata sebuah surat kabar berpengaruh Cina, Kamis (23/6).
Koran itu memperingatkan Inggris sedang memainkan permainan politik yang berisiko dan tidak untuk ditiru. Hubungan antara Inggris dan China telah menghangat dalam beberapa tahun terakhir ini. Hubungan ekonomi juga telah berkembang positif menuju posisi yang dianggap kedua negara sebagai masa tahun emas.
Pemerintah Cina belum secara langsung menyatakan pendapatnya terhadap pemungutan suara, yang akan berlangsung pada Kamis, karena menganggap referendum itu sebagai masalah dalam negeri. Namun, sumber-sumber diplomatik mengatakan Cina secara tak langsung mendukung Inggris tetap bergabung dengan Uni Eropa dengan mengimbau terciptanya Eropa yang kuat dan bersatu.
Imbauan itu dinyatakan Presiden Xi Jinping kepada Perdana Menteri Inggris David Cameron pada Oktober tahun lalu. Menteri Luar Negeri Wang Yi mengulang imbauan itu bulan lalu.
Global Times, yaitu tabloid besar yang diterbitkan surat kabar resmi Partai Komunis, People's Daily, mengatakan referendum EU beserta referendum kemerdekaan Skotlandia pada 2014 telah membuat Inggris menjadi salah satu sumber ketidakpastian di Eropa.
"Kerajaan Inggris seperti sedang tersesat, dan hal itu membuat Eropa dan dunia merasa khawatir. Berada di dalam Uni Eropa adalah kepentingan yang jelas dan penting bagi Kerajaan Inggris, seperti jaminan pasar dan lapangan kerja yang stabil. Keluar (dari EU) secara politik akan merugikan peluang bagi Kerajaan Inggris untuk menggunakan pengaruhnya," kata tabloid itu dalam editorial yang dimuatnya dalam dua edisi, yaitu berbahasa Cina dan Inggris.
Global Times menyebut referendum EU itu sebagai rencana yang secara strategis agak esktrem padahal sebelumnya Inggris telah berhasil menjaga kestabilan. "Kerajaan Inggris sedang memainkan permainan yang penuh risiko, jangan sampai ditiru," katanya.