REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Partai kanan garis keras di Prancis, Front Nasional, pada Jumat (24/6) meminta pemerintah setempat untuk menggelar referendum keanggotaaan Uni Eropa.
Partai anti-imigran dan anti-Eropa itu juga memberi selamat atas keluarnya Inggris dari blok beranggotakan 28 negara tersebut dan berharap hasil referendum di Inggris dapat meningkatkan skeptisisme terhadap Eropa di Prancis.
Front Nasional adalah satu-satunya partai politik besar di Prancis yang mendukung agar warga Inggris memilih untuk keluar dari Uni Eropa dalam referendum yang baru saja digelar.
"Ini adalah kemenangan bagi kebebasan. Kami sekarang ingin menggelar referendum yang sama di Prancis dan negara-negara Eropa lainnya," kata pemimpin Front Nasional, Marine Le Pen, dalam akun Twitternya.
Wakil Le Pen, Florian Philippot, juga mengatakan giliran Prancis untuk keluar dari Uni Eropa. "Kebebasan bagi rakyat pada akhirnya selalu menang. Selamat kepada Inggris Raya. Kini giliran kami #Brexit #Frexit," kata dia di Twitter.
Sejak mengambil alih kepemimpinan Frant Nasional dari ayahnya pada 2011 lalu, Le Pen dikenal sebagai tokoh yang berhasil membawa partai tersebut meraih suara besar dalam pemilu putaran pertama.
Baca juga: Kepala Uni Eropa: Kami Bertekad Menjaga Persatuan
Namun mereka tetap kalah dalam putaran terakhir dan hanya menguasai kurang dari 10 dewan kota kecil dan menengah. Sejumlah analis mengatakan agenda proteksionis dan kebijakan anti-Eropa membuat partai tersebut ditinggal banyak pemilih.
Keluarnya Inggris dari Eropa dalam referendum akan membantu partai tersebut, kata analis dari lembaga survei Ifop, Frederic Dabi.
"Ini adalah berita yang bagus bagi Le Pen karena persoalan Eropa adalah salah satu yang agenda utama Front Nasional dalam pemilu," kata Dabi.
"Warga usia tua dan pada eksekutif mengkhawatirkan Front Nasional karena pendiriannya yang anti-Eropa. Namun kejadian di Inggris telah memberi contoh. Jika keluarnya Inggris dari Eropa berdampak baik, maka sikap Front Nasional akan diamini semakin banyak orang," kata dia.
Le Pen sendiri dalam beberapa bulan terakhir lebih banyak diam akibat kekalahan besar dalam pemilihan umum daerah pada Desember tahun lalu.
Le Pen pada bulan lalu mengatakan bahwa jika terpilih menjadi presiden, dia akan langsung berunding dengan Brussel untuk membicarakan sejumlah persoalan, termasuk penggunaan mata uang tunggal. Jika perundingan itu gagal, dia akan meminta warga Prancis untuk memilih meninggalkan Eropa melalui referendum.