Jumat 24 Jun 2016 21:00 WIB

Produsen Australia Lirik Penjualan Online Ke China

Red:
abc news
Foto: abc news
abc news

Sektor agribisnis Australia Barat tengah mengeksplorasi e-commerce sebagai metode penjualan produk mereka ke China.

Meski hal ini bisa menjadi proses yang lambat dan menantang, e-commerce menunjukkan tanda-tanda keberhasilan untuk beberapa sektor.

Grup Craig Mostyn (CMG) mengatakan, mayoritas seafood, sebut saja seafood mewah seperti abalone dan lobster, akhirnya akan dijual secara online ke China.

CMG adalah salah satu perusahaan agribisnis milik keluarga -yang terbesar di negara bagian itu –yang memproduksi daging babi segar, seafood,protein, lemak, minyak goreng, dan buah-buahan di Australia Barat, Victoria, dan Tasmania.

CEO CMG, Mark Wray, mengatakan, perusahaannya mulai menjual abalone jenis Jade Tiger hidup secara online melalui situs China lima bulan yang lalu.

"Kami berharap untuk mendapatkan 24 ton di tahun keuangan 2017, sehingga beberapa ton setiap bulannya masuk ke restoran," utara Mark Wray.

Ia menerangkan, "Kami harus memastikan bahwa kami bisa mengisi penuh kontainer mereka, karena ini produk hidup, kami harus memastikan bahwa kami mengirim keluar kontainer penuh setiap minggunya, bukan setengah penuh. Dengan sistem pemesanan online, Anda sudah harus bisa mengumpulkan pesanan dengan benar.”

"Mengirimkan produk tepat waktu seperti yang ditentukan penting untuk keberhasilan di pasar ini,” tambahnya.

Ia menjelaskan, "Restoran akan membuat pesanan, mereka melihat produk Anda secara online, kami telah berjanji untuk mengirimkannya dalam dua hari, mereka sudah sepakat harganya, jadi kami harus mengemasnya di Geelong, mengangkutnya ke pesawat, mengirimkannya ke Shanghai dan kemudian truk mereka akan mendistribusikannya di semua restoran.”

"Anda perlu memastikan bahwa Anda mematuhi hal itu. Seperti Uber atau Airbnb –jika anda tak tepati janji maka anda ditinggalkan. Ada potensi besar untuk mengirim berbagai produk ke China melalui e-commerce,” ungkap Mark Wray.

Ia berujar, "Mereka hebat untuk pasar kelontong normal, kami tahu semua tentang berbagai produk susu dan produk vitamin dan bagaimana itu bergerak, tapi sekarang mereka bergerak sangat cepat ke dalam pasar seafood hidup [seperti abalone dan lobster]."

Pesanan pertama dari program percontohan Pos Australia untuk pengiriman wine secara langsung ke konsumen di China, akan dikirimkan bulan depan.

Enam bulan lalu, program antara Pos Australia dengan lima perkebunan anggur Australia Barat diluncurkan untuk menjual minuman anggur di situs populer milik warga China 1688.com.

Pesanan itu berjumlah sekitar 10.000 botol anggur terutama anggur merah dari perkebunan ‘Happs and Flametree’ di wilayah Margaret River.

Michael Kelly dari Pos Australia mengatakan, percobaan e-commerce memiliki tantangan tersendiri dan telah menjadi pengalaman belajar.

Namun ia mengatakan, Pos Australia agar suatu hari nanti bisa memperluas program ini dengan memasukkan perkebunan anggur lainnya dan pada akhirnya, produk lainnya.

"Kami tahu bahwa ini akan menjadi proyek jangka panjang. Jika Anda pernah punya bisnis di China Anda akan tahu bahwa dibutuhkan banyak kepercayaan yang harus dibangun sebelum pesanan besar mulai datang,” kemukanya.

"Kami berharap bahwa penyerapan di China akan lebih cepat, tapi kami telah melalui beberapa hambatan yang berbeda, jika Anda mau, sebelum kami bisa mendapatkan pesanan pertama ini. Masalah terbesar yang sempat muncul adalah bahwa konsumen China cenderung membeli anggur yang benar-benar murah atau anggur yang benar-benar mahal untuk pemberian hadiah dan bisnis,” tutur Michael Kelly.

"Anggur murah yang Anda cari di bawah 2 dolar (atau setara Rp 20 ribu) per liter, dan yang mahal di atas 50 dolar (atau setara Rp 500 ribu) per liter. Jadi ada kesenjangan yang besar di pasar yang kami lihat," sambungnya.

Michael mengatakan, sulit bagi produsen untuk tampil mencolok di kerumunan penjual online.

"Anda perlu hal-hal seperti kompetisi, hadiah dan hadiah dan hal semacam itu sebelum Anda muncul keluar dari keramaian. Itu salah satu pelajaran yang kami pelajari," imbuhnya.

Nilai penjualan e-commerce berkembang secara eksponen

James Clarke adalah direktur ‘Global Enterprises Group’ dan adalah masuk di komite eksekutif Dewan Bisnis Australia-China.

"E-commerce jelas merupakan konsep yang cukup akrab di Barat, belanja di Amazon, eBay -beberapa penggerak awal dan pelopor dalam masyarakat kami- tetapi di China itu berada dalam pertumbuhan yang eksponensial," sebutnya.

Ia menjelaskan, "Kami berbicara tentang segudang platform, yang bisa sangat membingungkan. Ini adalah platform yang memiliki puluhan atau ratusan juta pengguna masing-masingnya."

James mengatakan, hari belanja online di China yang ditargetkan, satu harinya, penjualan telah tumbuh sekitar 1.000 kali dalam tujuh tahun, dari 26 juta dolar (atau setara Rp 260 miliar) menjadi 18,57 miliar dolar (atau setara Rp 185,7 triliun).

Ia menyebut, perdagangan melalui e-commerce memberi produsen premi harga yang tak akan mereka capai di pasar domestik.

"Apa yang dibuka ini adalah pasar dan poin harga untuk produsen di Australia yang mungkin tak pernah dialami sebelumnya," sebut James Clarke.

"Untuk memberikan contoh, saya baru-baru ini berbicara kepada pemasok produk susu ke China, dan mereka akan menjual per liter di pasar domestik Australia sebesar 1 dolar (atau setara Rp 10 ribu), atau sekitar itu, untuk memasok susu mereka di pasar domestik lokal itulah yang didapat produsen,” jelasnya.

Ia menyambung, "Sekarang mereka akan mendapatkan antara 7-15 dolar (atau setara Rp 70-150 ribu) per liter dengan pergi langsung ke pasar China dengan produk tersebut.

“Jadi apa yang dibuka hal ini adalah saluran bisnis langsung ke konsumen untuk beberapa produsen ini, dan poin harga dan keuntungan yang benar-benar tak bisa mereka dapatkan di pasar domestik,” pungkasnya.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

Diterjemahkan: 20:15 WIB 24/06/2016 oleh Nurina Savitri.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement