Senin 27 Jun 2016 16:15 WIB

Buddhis Marah, Pria Muslim Myanmar Diserang dan Masjid Dihancurkan

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Teguh Firmansyah
Muslim Rohingya menjadi komunita Muslim di Myanmar
Foto: geo.tv
Muslim Rohingya menjadi komunita Muslim di Myanmar

REPUBLIKA.CO.ID, NAY PYI TAW -- Gejolak antara umat Buddha dan Muslim Myanmar untuk pertama kali pecah sejak pemerintah baru dilantik. Kericuhan melibatkan lebih dari 200 umat Buddha yang menyerbu sebuah desa di pusat Myanmar. Massa menyerang seorang pria Muslim, menjarah rumahnya, dan menghancurkan pembangunan sebuah masjid.

Seperti diberitakan Asian Correspondent, Abdul Sharif, orang yang diserang menderita luka di kepala dan dibawa ke rumah sakit. Meski telah keluar dari rumah sakit, ia kini berada di bawah perlindungan pemerintah hingga otoritas memastikan keamanannya untuk kembali ke rumah.

Menurut pihak berwenang setempat, insiden itu dimulai saat terjadi perselisihan antara penduduk setempat dari dua komunitas. Penduduk setempat yang beragama Buddha memprotes pembangunan yang mereka yakini adalah sekolah Muslim, di Desa Thayel Tha Mein, Provinsi Bago.

Namun, anggota komunitas Muslim mengatakan bahwa bangunan itu dimaksudkan untuk menjadi gudang. Sejak insiden itu, pasukan polisi dikerahkan ke desa untuk membantu menjaga perdamaian di daerah. Namun, hingga kini belum ada penangkapan yang dilakukan.

"Polisi sedang menyelidiki apakah itu (bangunan baru--Red) adalah gudang atau masjid atau sesuatu yang lain. Orang-orang harus tahu bahwa tidak setiap bangunan yang sedang dibangun oleh seorang Muslim adalah sebuah masjid," kata Menteri Utama Wilayah Bago U Win Thein kepada Myanmar Times.

Baca juga, Myanmar akan Hapus Istilah Rohingya.

Komunitas Muslim desa kini hidup dalam ketakutan dari dampak kekerasan lebih lanjut. Win Shwe, sekretaris masjid yang dihancurkan mengatakan, warga Muslim mengkhawatirkan keselamatan mereka. Bahkan, mereka berencana pindah ke kota terdekat sampai ketegangan mereda. "Situasi kami tidak aman dan sekarang kami berencana meninggalkan desa. Kami masih merasa takut," katanya.

 

Peningkatan sentimen anti-Muslim di Burma menyebabkan migrasi massal dari ribuan minoritas Muslim Rohingya. Migrasi ini disebut salah satu krisis kemanusiaan terburuk.

PBB dan berbagai organisasi hak asasi manusia internasional telah mengkritik pemerintah Myanmar karena berusaha menutupi masalah. Kritik juga diarahkan ke peraih nobel perdamaian yang memerintah Yaman saat ini, Aung San Suu Kyi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement