Selasa 28 Jun 2016 01:02 WIB

Turki Minta Maaf Tembak Pesawat Rusia

Rep: RR Laeny Sulistyawati/ Red: Ilham
Pesawat Rusia yang ditembak jatuh Turki, Selasa (24/11).
Foto: BBC News
Pesawat Rusia yang ditembak jatuh Turki, Selasa (24/11).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Juru bicara Kremlin mengklaim, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah meminta maaf atas penembakan pesawat militer Rusia di perbatasan Turki-Suriah pada November 2015 lalu.

''Erdogan mengirim pesan ke Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan simpati dan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga pilot yang tewas,'' kata seorang juru bicara Kremlin pemerintah Rusia, Dmitry Peskov seperti dikutip dari BBC, Senin (27/6).

Apa yangg dilakukan Turki telah membuat marah Rusia karena tidak meminta maaf atas insiden yang terjadi pada bulan November tahun lalu tersebut. Pemerintah Rusia menanggapi aksi Turki dengan memberlakukan sanksi perdagangan dan menangguhkan paket perjalanan ke Turki.

Pada saat itu, Putin mengatakan sanksi tidak akan dicabut sampai Rusia menerima permintaan maaf dari Turki. Erdogan kemudian mengatakan penyesalannya yang mendalam atas apa yang terjadi dan mengatakan dia ingin memulihkan hubungan. "Surat tersebut menyatakan secara khusus bahwa Rusia adalah teman Turki dan mitra strategis, pihak berwenang Turki tidak akan ingin merusak hubungan," kata Peskov.

Namun, pemerintah Turki belum mengomentari pernyataan Kremlin tersebut. Pesawat Rusia Su-24, yang merupakan pesawat tempur untuk semua cuaca ditembak oleh pesawat tempur F-16 milik Turi di perbatasan Suriah-Turki pada 24 November 2015 lalu. Pesawat itu jatuh di wilayah pegunungan Jabal Turkmen di provinsi Latakia Suriah dan menewaskan pilotnya.

Sebelumnya, Turki mengklaim telah memberi peringatan sebanyak 10 kali selama lima menit dan pesawat tersebut diminta untuk mengubah arah. Namun, Kementerian Pertahanan Rusia bersikeras bahwa pesawat tetap mengudara dalam batas-batas wilayah Suriah dan tidak melanggar wilayah udara Turki. Pemerintah Rusia juga mengaku tidak menerima peringatan. Insiden ini telah membuat tegang hubungan antara Rusia dan Turki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement