REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat, Barack Obama mengajukan kerja sama militer yang lebih dalam dengan Rusia. Kerja sama ini dalam konteks melawan kelompok bersenjata Suriah.
Namun Rusia diminta menghentikan serangan terhadap kelompok pemberontak yang didukung AS. Dilansir Aljazirah, Washington telah mengirimkan rancangan kesepakatan pada Rusia pada Senin setelah beberapa pekan negosiasi.
Hal ini disampaikan anggota pemerintahan Obama pada Washington Post, Kamis (30/6). Prediksi awal menyebut AS akan bergabung dengan pasukan Rusia untuk menargetkan kelompok Nusra Front, kelompok terafiliasi Alqaidah.
Rusia juga diminta mendesak pemerintah Presiden Suriah, Bashar al Assad untuk menghentikan pengeboman terhadap pasukan pemberontak yang didukung AS. Laporan ini muncul setelah korban serangan udara Rusia terus meningkat.
Menurut Syrian Observatory for Human Rights, serangan Rusia tercatat menewaskan 7.031 orang dalam sembilan bulan. Lebih dari 35 persennya adalah warga sipil, yakni sebanyak 2,498 orang. Dari jumlah tersebut, sedikitnya 587 adalah anak-anak dan 360 perempuan.
Total, lebih dari 270 ribu orang tewas sejak perang sipil meletus lima tahun lalu. Upaya mencapai perdamaian terus runtuh meski terus diupayakan dihidupkan kembali. Perwakilan khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura mengatakan pada Kamis bahwa ia berniat memulai kembali negosiasi intra-Suriah pada Juli. Sehigga transisi politik diharapkan bisa dimulai Agustus.
Menurutnya, semua pihak perlu merasa hal ini darurat. Sehingga mereka bisa melahirkan ide-ide yang bisa menjembatani perbedaan soal transisi politik.