REPUBLIKA.CO.ID, TAIZ -- Selama hampir 15 bulan pemberontak Houthi telah mengepung kota terbesar kedua di Yaman, Taiz. Mereka hanya mengizinkan masuk sedikit pengiriman bantuan setiap tiga bulan.
Dilansir dari Aljazirah Sabtu (2/7), lebih dari 200 ribu warga sipil telah terjebak dalam pertempuran di Taiz. Selama berbulan-bulan, badan bantuan memperingatkan bencana kemanusiaan besar di kota itu. Sering kali laporan menyatakan warga di kota kekurangan makanan dan air bersih. Banyak rumah sakit juga berjuang untuk tetap berfungsi tanpa akses ke pasokan medis.
Setidaknya 37 dari 40 rumah sakit dan lembaga medis di kota itu dipaksa tutup. Para dokter dan perawat yang cukup berani dipaksa beroperasi tanpa hal penting seperti oksigen. Militan Houthi telah berulang kali mencegah kelompok-kelompok bantuan mengirim pasokan medis ke kota. Ini memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Koordinator LSM di Taiz Mohammed al-Gunaid mengatakan kepada Aljazirah, LSM telah mencoba membantu. Tapi menurutnya masalah yang ada lebih besar dari kapasitas mereka.
"Mereka hanya bisa memberikan bantuan dasar untuk mengurangi penderitaan, tak lebih," katanya.
Ketika bantuan akhirnya mencapai kota, warga harus antre di bawah matahari di mana suhunya mencapai 40 derajat Celsius hanya demi mendapat bagian mereka. Sementara itu, tangki air mengunjungi beberapa wilayah kota sepekan sekali. Taiz telah tanpa listrik selama lebih dari setahun.
Di seluruh negeri, setidaknya 14 juta orang atau lebih dari setengah populasi membutuhkan makanan dan bantuan darurat untuk menyelamatkan jiwa. UNICEF memperingatakan konflik 15 bulan di Yaman telah membuat 320 ribu anak menghadapi kekurangan gizi yang mengancam jiwa.