REPUBLIKA.CO.ID, FLORIDA -- Seorang pria Muslim dipukuli di luar masjid Florida, Sabtu (2/7), yang pihak berwenang dan kelompok pembela hak-hak Muslim berbeda pandangan apakah hal itu dilatarbelakangi faktor rasial atau bukan.
Masjid itu pernah didatangi oleh pria bersenjata yang membunuh 49 orang di klab malam di Orlando.
Kantor Sheriff Kabupaten St Lucie menyatakan bahwa penyerangan di luar Fort Pierce Islamic Center dilaporkan terjadi sekitar pukul 04.11 waktu setempat dan pengurus mendapati korban dalam keadaan terkena pukulan pada bagian kepala dan wajahnya serta mulutnya berdarah.
Tersangka, Taylor Anthony Mazzanti, 25 tahun, ditangkap beberapa saat kemudian dan dituduh melakukan perbuatan penganiayaan berat (Felony Battery). Begitu kata petugas dari kantor sheriff tersebut.
"Wawancara dengan pengurus dan penasihat masjid di lokasi kejadian dan pernyataan tertulis saksi mata telah lengkap dengan korban tidak diindikasikan dengan berbagai pendapat bermotifkan rasial yang dilakukan oleh tersangka sebelum, selama, atau setelah peristiwa itu," kata sheriff Ken Mascara dalam pernyataannya.
Menurut dia, penyelidikan atas kasus tersebut masih terus berlangsung. Majelis Kekeluargaan Islam Amerika (CAIR) memberikan pernyataan berbeda atas insiden tersebut.
Organisasi itu menyatakan bahwa seorang pengurus senior organisasi nirlaba Muslim, ICNA Relief, telah menjadi korban dan penyerang mendatangi korban dengan melontarkan penghinaan rasial serta menggunakan bahasa yang sifatnya menyerang.
CAIR mengungkapkan penyerang yang berkulit putih diduga mengatakan, "Kamu muslim harus kembali ke negaramu," sebelum menyerang korban yang tidak diidentifikasi oleh CAIR atau pihak berwenang.
CAIR menyatakan korban seorang muslim dan menghadiri kegiatan di Islamic Center. Imam masjid Islamic Center meminta pengamanan ekstra setelah penembakan massal bulan lalu oleh Omar Mateen di kelab malam para gay Pulse di Orlando, sekitar 120 mil di wilayah utara, demikian menurut CAIR dan juru bicara masjid, Wilfredo Ruiz.
Ruiz menuturkan bahwa Mateen jarang datang ke masjid tersebut. Mateen, yang tewas di tangan polisi setelah tiga jam pengepungan di dalam kelab malam tersebut, menyatakan dirinya sebagai pejuang Islam dan berjanji akan tetap setia terhadap kelompok garis keras ISIS, demikian menurut transkrip panggilan darurat yang dikeluarkan oleh FBI bulan lalu.
Ruiz mengeritik Kantor Sgeriff yang tidak memberikan mereka tambahan pengamanan dengan menyatakan, "Ini tidak akan terjadi". Sheriff Mascara dalam pernyataannya menyatakan bahwa serangan dilakukan oleh pihak masjid dan CAIR termasuk melakukan retorika yang tidak benar.