REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Pemerintah Uni Emirat Arab menyarankan warga negaranya untuk menghindari menggunakan baju nasional di luar negeri, Ahad (3/7). Saran ini dikeluarkan setelah seorang warga negara UEA ditangkap di Ohio karena diduga militan ISIS.
UEA juga telah memanggil diplomat senior AS untuk melayangkan protes atas perlakuan penghinaan tersebut. Pria UEA, Ahmed al-Menhali sedang berada di AS untuk keperluan medis. Namun ia ditangkap di hotel tempat tinggal sementaranya di Cleveland.
Pada Ahad, Kementerian Luar Negeri UEA mengatakan telah menyampaikan ketidakpuasan itu pada wakil kepala misi Kedutaan Besar AS di UEA, Ethan Goldrich. Pemerintah juga meminta klarifikasi atas penahanan Menhali.
Menhali diketahui menggunakan pakaian khas negaranya, jubah putih dan sorban kepala pada hari Rabu. Sebuah video yang diunggah di YouTube menunjukan sejumlah polisi bersenjata melumpuhkan Menhali dan memborgolnya.
Seorang karyawan hotel menduga Menhali terkait dengan ISIS karena berbicara dalam bahasa Arab di telpon. "Ia (karyawan perempuan) pulang dan meng-SMS adiknya dan mengatakan saya diduga terkait ISIS," kata Menhali pada Aljazirah melalui temannya. Menhali tidak bisa bicara dengan baik karena serangan jantung.
Menurutnya, karyawan hotel mengatakan pada polisi bahwa Menhali terkait ISIS tetapi tidak membahas senjata. Polisi mengatakan Menhali memiliki senjata. "Kami akan berkonsultasi dengan pengacara dan memutuskan akan dibawa kemana kasus ini," kata dia.
Goldrich telah meminta maaf atas insiden tersebut dan berjanji meminta klarifikasi dari otoritas. Polisi melepaskan Menhali setelah mengonfirmasi ia tidak berbahaya. Menhali mengatakan pada media ia mendapat beberapa luka ketika penangkapan.
Menurut Direktur eksekutif Cleveland Chapter of the Council on American-Islamic Relations, Julia Shearson, pejabat dari Avon, Cleveland telah meminta maaf pada Menhali. "Mereka mengatakan pada Menhali bahwa ia 100 persen tidak bersalah dalam masalah ini, dan seharusnya insiden ini tidak pernah terjadi," kata Shearson dalam pernyataan pada Aljazirah.
Insiden anti-Muslim meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Insiden terbaru terjadi pada seorang Muslim yang berprofesi sebagai dokter di Texas, Ahad (3/7). Ia ditembak dan ditusuk hingga tewas ketika dalam perjalanan ke masjid untuk shalat subuh.