REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Bukti baru menunjukkan kemungkinan adanya hubungan antara suhu tinggi dengan risiko seseorang terkena kanker kulit.
Para ilmuwan telah menemukan sel-sel kulit yang terpapar sinar UV dan suhu setinggi 39 derajat Celcius menunjukkan kerusakan DNA yang signifikan, yang meningkatkan resiko seseorang tersebut terhadap suatu penyakit.
Mereka mengatakan, temuan ini bisa menjadi penting bagi orang-orang yang bekerja di luar ruangan, di iklim yang hangat. Leslie Calapre, peneliti utama dari kelompok riset melanoma Universitas Edith Cowan yang berbasis di Australia Barat, mengatakan, temuan itu sebagian besar terkait dengan sel-sel yang terdiri atas lapisan kulit.
"Dan jenis kanker ini bisa timbul dari karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel basal," sebut Dr Leslie Calapre.
Sel skuamosa adalah sel datar di bagian luar epidermis yang terus berganti di saat bagian baru terbentuk. Sel-sel pada kanker ini terlihat seperti versi abnormal dari sel-sel skuamosa yang terlihat pada lapisan luar kulit.
Sel basal adalah sel yang terus-menerus membelah untuk membentuk yang baru untuk menggantikan sel-sel skuamosa yang lepas dari permukaan kulit. Karsinoma sel basal adalah jenis yang paling umum dari kanker kulit.
Panas tak pernah dipertimbangkan sebagai faktor
Untuk penelitian ini, Dr Leslie membandingkan dua sampel sel kulit manusia yang masing-masing terpapar sinar UV, tapi salah satu disimpan pada suhu 37 derajat Celcius dan yang lainnya di suhu 39 derajat.
Dan bahkan perbedaan kecilnya menunjukkan bahwa sel-sel yang disimpan pada suhu yang lebih hangat lebih mungkin untuk mengembangkan kanker kulit. "Kami tak pernah berpikir bahwa panas, meskipun ada, adalah faktor dalam penyakit apapun terkait kanker kulit," kata Dr Leslie Calapre.
"Jadi untuk benar-benar melihat bahwa hal itu bisa menyebabkan efek ini, dan tentu saja bahwa itu benar-benar mungkin memengaruhi orang untuk mengembangkan kanker kulit dan kami sesungguhnya menangkap hal itu sejak awal, setidaknya kami bisa melindungi orang-orang yang bekerja di kondisi di mana mereka terkena panas ekstrim," terangnya.
Dr Leslie mengatakan, temuan menunjukkan suhu hangat menghambat protein penekan tumor yang penting, dan protein yang bertanggung jawab atas perbaikan atau kematian sel-sel yang rusak.
"Penekanan protein ini, setelah paparan UV dan panas, memungkinkan kelangsungan hidup sel-sel yang rusak, yang sebenarnya bisa berpotensi meningkatkan resiko tumor kanker berkembang," utaranya.