REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyebut situasi di Afghanistan genting. Untuk itu pada Rabu (6/7), ia mengatakan akan tetap menempatkan 8.400 tentara AS hingga akhir pemerintahannya.
Obama dalam sebuah pernyataan di Gedung Putih mengatakan, peran pasukan AS di Afghanistan tak akan berubah. Mereka akan melatih dan memberikan saran pada polisi maupun pasukan Afghanistan dan mendukung misi kontraterorisme melawan Taliban serta kelompok lainnya.
Masa kepresidenan Obama akan berakhir pada Januari. Awalnya direncanakan AS akan menarik 5.500 tentaranya di akhir tahun ini. Namun Obama akan tetap menarik pasukan meski tak sebanyak rencana awal. Ada sekitar 9.800 tentara AS di Afghanistan saat ini.
"Situasi keamanan di Afghanistan masih genting. Taliban tetap mengancam. Mereka telah menguasai wilayah di beberapa tempat di Afghanistan," katanya.
Menurut laporan PBB, pasukan Taliban saat ini telah menguasai lebih banyak wilayah di Afghanistan sejak invasi AS pada 2001. Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) juga dilaporkan hadir di negara itu meski masih dalam jumlah kecil.
Keputusan Obama menarik sejumlah kritik dari dalam dan luar pemerintahannya. Sejumlah pejabat Pentagon mengatakan itu bukan sesuatu yang harusnya dilakukan untuk mengatasi memburuknya situasi keamanan di Afghanistan.
"Ini mengecewakan bahwa pemerintah berpikir jumlah pasukan merupakan pengganti untuk strategi yang lebih komprehensif," kata seorang pejabat pertahanan AS tanpa menyebut nama.
Pasukan AS telah di Afghanistan sejak invasi tahun 2001 yang diluncurkan oleh pendahulu Obama, George W. Bush. Selain pasukan AS, ada sekitar 3.000 tentara internasional di Afghanistan.
Selama pengumuman di Gedung Putih, Obama didampingi Menteri Pertahanan Ash Carter dan perwira tinggi militer AS yang merupakan Kepala Staf Gabungan Jenderal Joe Dunford.