Sabtu 09 Jul 2016 08:16 WIB

Pelaku Penembakan di Dallas Ingin Bunuh Polisi

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Winda Destiana Putri
Seorang polisi Dallas tiba di depan Baylor Universit, Jumat, 8 Juli 2016. Sedikitnya empat polisi tewas tertembak oleh penembak jitu, Kamis malam.
Foto: AP Photo/Tony Gutierrez
Seorang polisi Dallas tiba di depan Baylor Universit, Jumat, 8 Juli 2016. Sedikitnya empat polisi tewas tertembak oleh penembak jitu, Kamis malam.

REPUBLIKA.CO.ID, DALLAS -- Pelaku penembakan polisi dalam aksi demo di Dallas telah teridentifikasi, Jumat (8/7). Micah Xavier Johnson (25 tahun) menembak polisi dalam aksi protes pascapenembakan warga kulit hitam oleh polisi di Texas.

Johnson adalah mantan tentara di militer AS dekat kota Mesquite. Militer mengatakan Johnson tidak punya catatan kriminal dan tidak terkait dengan kelompok-kelompok teror. Ia pernah bertugas di Afganistan.

Polisi juga mengatakan ia tidak ada hubungan dengan kelompok mana pun. Johnson beraksi sendiri tanpa instruksi dari mana pun.

"Pelaku mengatakan ia marah pada polisi karena insiden sebelumnya," kata Kepala Kepolisian Dallas, David O Brown dilansir laman Aljazirah.

Menurutnya, pelaku ingin membunuh orang-orang kulit putih khususnya aparat kepolisian. Polisi sempat terlibat baku tembak dengan pelaku sebelum akhirnya mengerahkan robot pembawa peledak ke parkiran El Centro College. Pelaku kemudian tewas.

Brown mengatakan negosiasi dengan pelaku runtuh dan polisi tidak melihat pilihan lain selain mengerahkan robot bom. Negosiasi sempat berlangsung selama sekitar 45 menit. Sebanyak tiga pelaku lain ditangkap dan berada dalam tahanan.

Penembakan dalam aksi protes 'Black Lives Matter' itu menewaskan lima polisi dan melukai tujuh personil dan dua warga sipil. Polisi mengatakan pelaku menembak dari ketinggian.

Aksi protes terhadap polisi dilakukan pascapenembakan dua pria kulit hitam dalam 48 jam awal pekan ini. Alton Sterling dari Louisiana ditembak pada Selasa dan Philando Castile ditembak di Minnesota pada Rabu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement