REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Tentara Suriah secara sepihak memperpanjang gencatan senjata nasional selama tiga hari. Oposisi mengatakan akan menghormati gencatan senjata, meski ada kekhawatiran warga di wilayah terkepung di Aleppo akan kekurangan bahan pangan.
Aljazirah mengutip kantor berita pemerintah Suriah SANA melaporkan tentara Suriah pada Sabtu (9/7), menyatakan akan memperpanjang gencatan senjata selama 72 jam yang akan berakhir pada Selasa (12/7) tengah malam. Gencatan senjata sebelumnya pada Rabu (6/7), dirusak oleh kedua sisi yang berseteru.
Tentara Pembebasan Suriah (FSA) yang menjadi bagian dari kelompok oposisi mengatakan akan menghormati gencatan senjata.
Namun meski rencana gencatan senjata telah diumumkan, bentrokan sengit masih terjadi antara pasukan pemberontak dan pasukan pro-pemerintah di seluruh kota Aleppo pada Sabtu.
Syrian Observatory for Human Rights mengatakan di Aleppo, setidaknya 43 orang sipil telah tewas dalam pertempuran beberapa hari terakhir. Mereka mengatakan serangan pasukan pemberontak di wilayah yang dikendalikan pemerintah menewaskan 34 warga sipil, sementara serangan udara pemerintah di timur Aleppo yang dikuasai pemberontak menewaskan sembilan orang.
Di sisi lain, gencatan senjata yang ditetapkan pemerintah mengundang kekhawatiran warga di wilayah yang terkepung di Aleppo. Sekitar 200 ribu orang masih berada di wilayah yang diperebutkan pemerintah dan pemberontak. Mereka khawatir semakin kekurangan bahan kebutuhan pokok.
Sebab pada gencatan senjata pertama Rabu (6/7) lalu, pasukan pemerintah sempat memotong rute pasokan terakhir ke wilayah oposisi yang diperebutkan. Warga di sana menjelaskan mereka kekurangan bahan kebutuhan pokok setelah pemeritah memotong rute Castello Road.