REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa dikhawatirkan bisa merusak status Inggris sebagai negara superpower di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Karena itu, anggota Parlemen dari Partai Konservatif, Nicola Blackwood berharap Menteri Ilmu Pengetahuan Jo Johnson meminta Perdana Menteri Inggris yang baru Theresa May membuat sistem imigrasi yang bisa mengizinkan para ilmuwan Uni Eropa tetap melanjutkan pekerjaannya di Inggris.
Ia berharap para ilmuwan tersebut masih bisa bekerja di universitas-universitas Inggris untuk mengembangkan Iptek. Namun Jo Johnson tak bisa memberikan kepastikan kepada Blackwood jika warga UE masih bisa bekerja di Inggris setelah adanya Brexit.
Ia juga sadar kalau para ilmuwan Inggris juga mengalami diskriminasi dari institusi Uni Eropa setelah Brexit. Menurut Johnson, Departemen Inovasi Bisnis dan Skill sudah memonitor hal itu dan akan terus memonitor situasi. "Seharusnya tak ada diskriminasi terhadap institusi Inggris," kata dia seperti disadur dari Independent, Rabu (13/7).
Pemerintah Inggris, ujar Johnson, sudah memastikan dan berkomitmen penuh untuk menjaga status Inggris sebagai negara superpower di bidang iptek. Perdana Menteri Inggris Theresa May sebelumnya menyatakan, imigrasi akan dikurangi sekitar 10 ribuan. Padahal saat ini sebanyak 43 ribu orang dari negara-negara UE kerja di berbagai universitas di Inggris.
(Baca Juga: David Cameron Resmi Mengundurkan Diri Sebagai PM Inggris)