REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Program Pangan Dunia (WFP) sedang memersiapkan pengiriman pertolongan pertama untuk ribuan pengungsi Suriah yang terdampar di perbatasan timur laut Yordania dengan Suriah pada pekan depan.
Setidaknya 60 ribu orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, terjebak selama berbulan-bulan di kamp-kamp darurat di tanah tak bertuan di sisi perbatasan Suriah. Mereka merupakan warga yang melarikan diri dari Suriah tengah dan timur.
Pekerja bantuan internasional dan pengungsi mengatakan, bulan lalu mereka kehabisan makanan setelah militan meminta tentara untuk menutup daerah, sehingga hanya truk air yang bisa masuk. WFP mengatakan, pemerintah Yordania setuju melakukan pengiriman bantuan yang mungkin dilakukan pekan depan.
"Ada pasar gelap yang menjual segala sesuatu, tetapi makanan adalah antara lima hingga 10 kali lebih mahal dari apa yang akan Anda bayar di negara itu," kata direktur eksekutif WFP Ertharin Cousin.
Ia mengatakan, banyak warga Suriah telah menggunakan semua tabungan mereka untuk mecapai wilayah jarang penduduknya, wilayah gurun dengan harapan melintasi perbatasan. Mereka juga tidak memiliki uang untuk membeli makanan yang harganya selangit. Beberapa bahkan jatuh sakit.
"Kami memiliki laporan disentri berat dan penyakit lainnya sebagai akibat dari masalah dengan air," ucap dia.
Cousin mengatakan WFP tidak memiliki akses ke kamp-kamp tetapi bergantung pada tetua desa untuk menyampaikan bantuan, memaksa agen untuk membatasi distribusi lantaran takut makanan bisa jatuh ke tangan penyelundup.
Ia mengatakan, lembaga itu berencana menggunakan pesawat tanpa awak untuk pertama kalinya guna memantau distribusi bantuan. "Kami tidak memiliki hubungan yang terpercaya dengan tetua, kami perlu menguji apakah itu akan bekerja dan kami harus memantau dengan pesawat tanpa awak ini sebelum memberi mereka lebih banyak makanan," katanya.