REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ketika mendengar berita Boris Johnson ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri baru Inggris, juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Mark Toner nyaris tak bisa menahan tawanya.
Jabatan baru ini akan memberikan Johnson otoritas keseluruhan lebih dari misi diplomatik Inggris. Ia juga akan berperan dalam negosiasi Brexit dengan Uni Eropa setelah Pasal 50 diberlakukan.
Selama briefing harian Departemen Luar Negeri, ekspresi wajah Toner yang tampak geli muncul saat seorang reporter menanyakan hubungan masa depan AS dengan mantan wali kota London dan kampanye Brexit itu.
"Kami akan selalu dapat bekerja dengan Inggris, tidak peduli siapa yang menduduki peran Menteri Luar Negeri karena adanya hubungan khusus yang mendalam antara kami dengan Inggris," katanya dilansir the Independent, Rabu (13/7).
Johnson yang pernah berprofesi sebagai jurnalis mengatakan, AS akan berada di depan antrean negaranya. "Amerika Serikat akan di depan antrean," ujar dia.
Pernyataan itu merupakan sindiran terhadap komentar Presiden AS Barack Obama selama kampanye referendum Inggris. Obama menyatakan negara itu akan berada di belakang antrean jika memilih untuk keluar dari Uni Eropa.
"Kami memiliki kesempatan besar di negeri ini untuk membuat sukses besar dari hubungan baru kami dengan Eropa dan dengan dunia. Dan saya sangat senang bisa diminta berperan dalam itu," katanya.
(Baca Juga: Kabinet Theresa May Jadi Bahan Tertawaan)