Kamis 14 Jul 2016 18:35 WIB

Yaman di Ambang Kelaparan

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Teguh Firmansyah
Salah satu sudut kota di Yaman setelah perang.
Foto: Reuters
Salah satu sudut kota di Yaman setelah perang.

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Yaman mulai diambang kelaparan. Sejumlah area di Yaman tidak bisa lagi menerima kiriman pasokan makanan karena terjebak perang sipil. Importir tidak mampu membeli makanan dari luar negeri seiring dengan  uang sebesar 200 juta dolar AS yang tersangkut di bank karena gangguan konflik.

Sumber dari badan bantuan dan perdagangan mengatakan, perang telah mengganggu ekonomi dan perbankan negara. Bank-bank di barat telah memotong kredit bagi pengirim perdagangan makanan ke Yaman.

Sistem keuangan dan keamanan negara sedang rapuh sehingga bank tidak ingin mengambil risiko pembayaran tak terpenuhi. Hingga akhirnya importir secara sadar berhenti mengajukan kredit. Sistem perbankan dalam negeri pun tidak bisa diharapkan.

Sumber yang hapal dengan perdagangan komoditas internasional mengatakan sebesar 260 juta dolar AS tidak bisa ditransfer keluar karena hubungan Yaman dengan sejumlah negara Barat runtuh. Dana tersebut ditahan di sejumlah mata uang asing di bank-bank Yaman.

 

Pejabat badan bantuan mengonfirmasi permasalahan dana beku tersebut. Penjual dianjurkan menarik uang dari Yaman dan mengirimnya ke luar negeri, biasanya menggunakan pesawat. Ini adalah solusi dalam kesulitan di masa perang.

"Masalah ini terus memburuk, tidak ada bank Yaman yang bisa mengirim uang keluar secara langsung. Mereka harus menerbangkan uang itu ke negara terdekat dan menyimpannya di sana," katanya.

Baca juga, Paket Bantuan Makanan dari Arab Saudi Tiba di Taiz Yaman.

Dana itu mungkin bisa terjebak di masa depan. Namun untuk importir swasta ini adalah tanda bahwa krisis semakin memburuk. Krisis telah mencapai pada kesulitan membawa barang masuk ke dalam negeri.

PBB mengatakan ekonomi Yaman hampir hancur. Kini 10 dari 22 kabupaten sedang dalam fase 4 atau situasi darurat. Jika mencapai fase 5 maka kelaparan sudah dideklarasikan. "Impor makanan telah turun yang artinya stok tipis," kata Perwakilan regional Food and Agriculture Organisation PBB, Abdessalam Ould Ahmed.

sumber : Reuters

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement