Jumat 15 Jul 2016 20:14 WIB

Memikirkan Kembali Manfaat Kopi Bagi Kesehatan

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Inilah obat yang paling popular di dunia: kopi!

Ya, kopi adalah obat karenanya kita harus ingat kata-kata Paracelsus, 'semua obat adalah racun, yang membedakan adalah dosisnya.'

Berdasarkan fakta, kopi telah dikonsumsi secara luas selama lebih dari satu milenium, kita mungkin menganggap efek samping yang buruk akan cukup sedikit, selama kita tidak mengkonsumsi terlalu banyak.

Tapi, saat peminum kopi berhenti, ada bukti bahwa beberapa efek samping kopi tampaknya benar-benar baik. Menariknya, sebagian besar efek samping yang baik sepertinya tidak ada hubungannya dengan kafein. Ada sejumlah bahan kimia lain dalam kopi yang tampaknya terlibat.

Mungkin, atau tidak, baik untuk kesehatan Anda, efek positif kopi berkaitan dengan harapan hidup, diabetes tipe II, prostat, kulit dan kanker mulut, dan kondisi jantung. Namun, kopi kadang memiliki dampak buruk pada kanker paru-paru.

Tapi ada masalah lain, yakni statistik. Sebagian besar data soal efek yang baik dari minum kopi muncul secara kebetulan.

Hal ini karena sebagian besar data berasal dari studi pengamatan dengan melihat perilaku dan kegiatan sejumlah besar orang, selama beberapa tahun dan kadang-kadang beberapa dekade.

Tetapi studi ini tidak mencari yang spesifik, mereka hanya mengamati untuk melihat apa yang akan muncul secara kebetulan.

Mereka mencari 'korelasi'. Sebuah 'korelasi' adalah hubungan timbal balik antara dua hal. Tapi korelasi tidak berarti satu hal menyebabkan terjadinya hal yang lain. Dalam beberapa kasus, korelasi yang tampaknya jelas bisa salah.

Misalnya, sebuah penelitian yang dilakukan Nurses' Health Study pada tahun 1976 di Amerika Serikat. Penelitian observasional ini melihat berbagai faktor yang dapat dikaitkan dengan kesehatan lebih dari 120.000 perawat, yang terdaftar di Amerika Serikat.

Pada tahun 1990, sekitar 14 tahun kemudian, korelasi yang jelas lalu muncul. Para perawat yang melakukan penggantian hormon gabungan (CHR) memiliki lebih sedikit kasus penyakit jantung koroner. Tampaknya cukup jelas; penggantian hormon (CHR) yang dikombinasikan dapat melindungi wanita dari penyakit jantung koroner.

Namun, nyatanya ini tidak benar.

Wanita yang mengambil melakukan CHR juga berasal dari kalangan berada, lebih menjaga kesehatan mereka, seperti makan dengan baik dan melakukan olahraga. Setelah faktor-faktor ini dikoreksi, ternyata penggantian hormon gabungan tidak berpengaruh pada penyakit jantung -mungkin berdampak kecil pada peningkatan.

Sebagai contoh lain, pertimbangkan korelasi antara 'berapa banyak margarin yang dikonsumsi setiap orang di Amerika Serikat setiap harinya' dengan 'tingkat perceraian di negara bagian Maine'.

Apakah korelasi ini baik setelah lebih dari satu dekade? Ya.

Apakah margarin penyebab perceraian? Tidak. Apakah ada hubungan 'sebab-akibat'? Tidak.

Ini yang dimaksud oleh para pakar statistik, 'korelasi tidak memiliki hubungan sebab-akibat'.

Inilah hal pertama untuk diketahui saat melakukan studi observasional. Faktor kedua yang perlu diingat adalah banyak data pada kopi (dan konsumsi kopi) berasal dari pengelompokan beberapa penelitian observasional, atau disebut 'meta-analisis'.

Sebuah meta-analisis berusaha untuk menjadi versi statistik dari 'wisdom of commons'. Di sinilah, dalam beberapa kasus, kata 'banyak' bisa lebih pintar daripada 'beberapa'.

Idealnya, sebuah meta-analisis melihat studi yang mengamati faktor-faktor yang sama. Jika semua studi individu dilakukan dengan standar tinggi yang sama, meta-analisis yang terakhir harus dapat mencapai hasil yang lebih baik, misalnya menyediakan perkiraan hasil yang lebih baik dengan tingkat kepastian yang lebih rendah.

Tapi kadang-kadang studi individu juga memiliki kekurangan. Dan mungkin tidak selalu bisa melihat masalah (dan sumber yang bias) dalam sebuah penelitian, hanya dengan membaca sejumlah laporan yang berkaitan dengan studi itu.

Jika studi kurang sempurna, maka hasilnya pun diragukan. Hasil studi hanya baik jika didapatkan dari data yang baik pula.

Pepatah lama mengatakan: 'GIGO', atau 'Garbage in, Garbage Out,' artinya 'sampah masuk, sampah keluar'.

Jadi sekarang, terkait dengan harapan hidup, peminum kopi hidup lebih lama.

Satu meta-studi meninjau 20 penelitian lain yang melibatkan lebih dari 970 ribu orang, sementara penelitian lainnya mengamati 17 studi dengan lebih dari satu juta partisipan.

Mereka membandingkan mereka yang minum kopi paling banyak dengan yang paling sedikit. Para peminum kopi berat memiliki resiko lebih rendah, hingga 14 persen untuk mengalami mati muda dari sebab apapun.

Bahkan mengkonsumsi satu atau dua cangkir setiap hari mengurangi resiko kematian dini hingga delapan persen.

Dan minum kopi tanpa kafein, atau decaffeinated, memberi keuntungan yang sama. Minum dua hingga empat cangkir kopi tanpa kafein per hari menjaga resiko kematian dini hingga 14 persen lebih rendah.

Jadi minumlah kopi Anda dan tunggu efek samping dari kopi yang baik yang akan datang selanjutnya.

*Penulis, Dr Karl Kruszelnicki, adalah pakar sains di Australia yang sering menjelaskan ilmu pengetahuan dan sains dengan bahasa yang mudah.

Diterjemahkan 14/07/2016 pada pukul 17:00 AEST oleh Erwin Renaldi. Baca artikelnya dalam bahasa Inggris di sini

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement