REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Survei tahunan yang dilakukan Foodbank Australia menemukan tahun lalu, satu dari enam warga Australia mengalami kelaparan. Sulit dibayangkan dengan kenyataan banyaknya warga Australia yang setiap harinya merasa khawatir dari mana makanan mereka selanjutnya didapatkan.
Laporan dari Hunger Report tahun ini telah dirilis, disebutkan satu dari enam warga Australia mengalami kelaparan dalam setahun kebelakang.
Foodbank, organisasi yang sudah lama membantu membantu membagi-bagikan makanan di Australia mengatakan kelaparan telah mencapai tingkat krisis, dimana 75 persen dari badan dan kelompok komunitas tidak memiliki cukup makanan untuk memenuhi kebutuhan.
Rachel Brown dari ABC berkunjung ke salah satu gudang Foodbank di Melbourne.
Ditemani dengan salah satu relawan, Matt Prince, Rachel dibawa keliling melihat gudang yang dipenuhi bahan-bahan pangan yang kebanyakan hasil sumbangan sejumlah perusahaan, pabrik, atau produsen.
Bahan pangan, termasuk buah-buahan dan sayuran yang beku nampak tidak dapat bertahan lama.
"Kita pergi ke pasar-pasar di Melbourne tiga kali dalam seminggu dan mengumpulkan produk-produk yang kelebihan yang tidak mereka inginkan," ujar Matt Prince baru-baru ini.
"Kita membelinya dengan harga yang pantas untuk mendapatkan produk-produk yang biasanya berakhir di tempat pembuangan atau dihancurkan karena mereka tidak dapat menjualnya di supermarket dengan alasan ukuran, bentuk, cacat, dan sejenisnya," tambah Matt.
Saat ini Foodbank juga bisa mengetahui di waktu-waktu tertentu kapan mereka akan memiliki wortel, labu, dan kentang serta tomat.
Produk-produk pangan yang dikumpulkan ini kemudian disalurkan ke sejumlah badan dan organisasi untuk diteruskan ke kelompok-kelompok komunitas, membantu menyediakan makanan kepada 644.000 di seluruh penjuru Australia.
"Keluarga-keluarga dengan penghasilan rendah, para pensiunan, dan banyak anak-anak yang juga kelaparan," kata Matt.
"Dikatakan generasi Y lebih terkena dampak dari masalah ketahanan pangan, kita sudah melihat perubahan besar dalam 10 tahun dimana biasanya orang-orang berpikir kalangan tunawisma saja yang mengalaminya."
Paula Bantock, Manajer Pemasaran dari Foodbank mengatakan ketahanan pangan di Australia kini sedang berada di titik krisis.
"Satu dari enam warga Australia mengalami keadaan dimana mereka membutuhkan bantuan makanan, setidaknya sekali. Yang juga menakutkan adalah 28 persen dari orang-orang tersebut mengalaminya secara rutin," kata Paula.
Dalam survei tahunan juga ditemukan masalah ketahanan pangan ini berdampak secara emosional, mental, dan fisik.
"Ada efeknya, besar dan tidak pernah berakhir. Jadi, motivasi, perasaan terbuang dari masyarakat, hilang kepercayaan diri, jelas berhubungan dengan kesehatan dan kesejahteraan."
Tetapi, dalam laporan tersebut ditemukan sejumlah badan amal telah berpaling dari membantu warga.
"Kita kekurangan sekitar 30 persen dari kebutuhan yanga ada. Yang kita minta adalah badan donor makanan dan dukungan dermawan dari pabrik, pertanian, produsen, untuk meningkatkan donasi dan bantuan untuk dapat menutupi kekosongan yang ada," jelas Paula.
Meskipun Foodbank sudah menyediakan 17 juta makanan untuk warga di negara bagian Victoria pada tahun lalu, sejumlah badan amal masih harus menolak 7.000 warga dewasa dan anak-anak yang kelaparan, setiap bulannya.
"Australia sebenarnya sudah proaktif untuk mengatasi masalah ini dalam 10 atau 20 tahun terakhir. Supermarket sudah mendonasikan makanan, juga badan-badan amal lainnya yang mengumpulkan makanan; Frontline."
"Dengan kenyataan bahwa masalah ketahanan pangan kini menjadi sorotan, menjadi alasan lain mengapa kita tidak membuang makanan."
"Ini menjadi panggilan bagi industri makanan. Jika mereka kekurangan makanan sebelum kadaluarsa, atau dekat ke tanggal kadaluarsa, kita bisa menggunakannya. Jangan dibuang, kita membutuhkannya," tutup Paula.
Diterbitkan 15/07/2016 pukul 11:33 AEST oleh Erwin Renaldi. Baca beritanya dalam bahasa Inggris dari program PM, di sini.