Sabtu 16 Jul 2016 11:05 WIB

Pelaku Teror Nice Itu Pemabuk, Pemakan Babi, dan tak Pernah ke Masjid

Truk yang dipakai dalam serangan di Nice, Prancis
Foto: AP
Truk yang dipakai dalam serangan di Nice, Prancis

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pelaku teror truk di Nice yang diidentifikasi sebagai Mohamed Lahouaiej Bouhlel tidak mungkin berasal dari golongan yang sering disebut media barat sebagai 'kaum jihadis'. Ini karena, seperti dikatakan sepupunya kepada Mailonline, Bouhlel selama ini selalu mencemooh setiap aturan Islam.

Menurut sepupunya Walid Hamou, Bouhlel yang baru berusia 31 tahun kerap kali kedapatan minum alkohol, makan daging babi dan menyalahgunakan obat-obatan. MailOnline mengungkapkan dalam laporan eksklusifnya dan dikutip ummid.com.

"Dia tidak pernah berdoa atau menghadiri masjid, dan memukul istrinya. Dari perkawinan itu, ia memiliki tiga anak berusia lima tahun, tiga tahun, dan 18 bulan. Namun kini dalam proses mendapatkan perceraian," kata MailOnline kembali.

Perilaku Bouhlel telah dideteksi polisi Prancis sejak Januari silam. Ia terpantau polisi karena melakukan tindak kejahatan dengan kategori ringan. Penyebabnya, Bouhlel kehilangan pekerjaannya sebagai sopir pengiriman akibat ia jatuh tertidur di belakang kemudi dan menabrak empat mobil. Selain itu, ia juga telah terlibat dalam sebuah perkelahian di bar.

Hamou, sepupu dari istri Bouhlel, Hajer Khalfallah, mengatakan kepada MailOnline: "Bouhlel tidak religius Dia tidak pergi ke masjid, dia tidak berdoa, ia tidak berpuasa di bulan Ramadan.

"Dia minum alkohol, makan daging babi dan mengambil obat. Padahal ini semua dilarang dalam Islam. Dia bukan seorang Muslim, ia adalah seorang s ***. Dia memukuli istrinya, sepupu saya, dia adalah seorang jahat," kata Walid.

Beberapa laporan lain menyatakan bahwa banyak orang Arab dan Muslim juga menjadi sasaran dalam serangan truk di kota Perancis Nice pada Kamis malam.

Al Arabyia melaporkan, seorang wartawan Iran Maryam Violette yang berada di tempat kejadian mengaku melihat mayat dbergelimpangan di tanah. Sebagaian dari korban itu adalah orang yang memakai jilbab atau beberapa pakaian ala Arab.

"Ada begitu banyak orang Muslim yang menjadi korban karena saya bisa melihat mereka memiliki syal di atas kepala mereka dan beberapa orang berbicara bahasa Arab, satu keluarga yang berbicara dengan bahasa Arab menyatakan kehilangan ibunya," Violette, yang bekerja untuk ZananTV , mengatakan kepada Guardian.

Pernyataan jaksa setempat, setidaknya 84 orang tewas dan banyak lainnya terluka akibat tindakan brutal Bouhlel yang menabrakan truk kerumunan orang yang tengah merayakan 'Bastille Day' di Nice, Perancis selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement