REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuding Fethullah Gulen sebagai dalang aksi percobaan kudeta militer yang terjadi di Turki semalam. Erdogan dan Kementerian Keadilan Turki sempat melansir bahwa tentara yang terlibat upaya kudeta merupakan pengikut ulama yang sempat menjadi sekutu dekat Erdogan tersebut.
Erdogan pun berjanji akan memulangkan Gulen dari Pennsylvania, Amerika Serikat, untuk diadili di Turki. Beberapa media besar Eropa dan Amerika Serikat mencoba untuk mendatangi markas Gulen di Pennsylvania. Hanya, para petugas keamanan tidak mengizinkan reporter untuk masuk.
Dikutip dari Financial Times, Sabtu (16/7), wartawan media tersebut mencoba untuk memasuki the Golden Generation Worship & Retreat Centre, tempat dimana Gulen berada. Hanya, upaya wartawan diadang petugas keamanan. Mereka beralasan bahwa Gulen tidak memiliki jadwal bertemu dengan wartawan saat itu. Juru bicara Gulen pun menyatakan pertemuan dengan pers ditolak karena alasan kesehatan.
Hanya, Fetullah Gulen sempat merespons pertanyaan wartawan Financial Times lewat surat elektronik. Dia menyanggah tudingan telah menyutradarai drama percobaan kudeta di Turki. “Sebagai seorang yang pernah menderita di bawah beberapa kali kudeta militer selama lima dekade, tudingan adanya hubungan dengan kejadian tersebut sangat menghina.”
Aliansi Nilai-Nilai Bersama, sebuah organisasi di Amerika Serikat yang memiliki hubungan dengan Hizmet, kelompok gerakan bentukan Gulen, menyanggah tudingan dari Pemerintah Turki. Dikutip dari The Guardian, organisasi tersebut mengatakan bahwa tudingan itu tidak bertanggungjawab dan menyatakan kelompok itu tidak pernah mendukung kudeta militer.
Gulen sempat menjadi sekutu Erdogan. Ulama yang menyebarkan ide-ide tokoh Islam Turki, Said Nursi itu pun sempat menyokong Erdogan mengonsolidasikan pemerintahan barunya. Ulama karismatik yang dikenal dengan sebutan Hoca Efendi atau guru yang dihormati itu memulai kariernya sebagai imam di kota Izmir pada 60-an.