Seperti yang ketika pemilu Turki tahun 2015, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) memenangkan 49,5 persen suara. Namun negara ini sangat terpolarisasi antara kaum Sekuler, Islamis, Kurdi dan Nasionalis.
Turki memiliki sejumlah oposisi terhadap Islam yang menentang agenda politik berhaluan neo-Ottoman dalam arah kebijakan luar negeri Erdogan, tapi di sisi lain mereka pendukung Presiden yang absah secara demokratis.
Selain itu, ada banyak orang Turki yang anti-Erdogan belum tentu juga pro-kudeta, karena mengingat trauma ketidakstabilan ekonomi dan politik di masa lalu ketika kudeta terjadi di Turki. Upaya kudeta in jelas merupakan produk dari faksi elit dalam militer yang nampaknya tidak sukses untuk menjalankan kudeta.