Senin 18 Jul 2016 18:23 WIB

Penembakan di AS Terulang, Mantan Marinir Tewaskan Tiga Polisi

Rep: Gita Amanda/ Red: Ani Nursalikah
Tim pengolah bukti FBI menggeledah kompleks apartemen Waldo Heights di Kansas City, Missouri, Ahad, 17 Juli 2016. Penggeledahan itu terkait penembakan yang menewaskan tiga polisi di Baton Rouge, Louisiana.
Foto: David Eulitt/The Kansas City Star via AP
Tim pengolah bukti FBI menggeledah kompleks apartemen Waldo Heights di Kansas City, Missouri, Ahad, 17 Juli 2016. Penggeledahan itu terkait penembakan yang menewaskan tiga polisi di Baton Rouge, Louisiana.

REPUBLIKA.CO.ID, BATON ROUGE -- Seorang pria bersenjata kembali melancarkan serangan yang menewaskan tiga orang polisi di Baton Rouge, Louisiana, Amerika Serikat, pada Ahad (17/7). Pelaku yang diidentifikasi sebagai mantan marinir menyatakan tak berafiliasi dengan kelompok mana pun.

Gavin Eugene Long (29 tahun) menembak tiga petugas hingga tewas dan melukai tiga lainnya di Baton Rouge. Dalam sebuah video yang diunggahnya sebelum kejadian, Long sempat memuji aksi pembunuhan polisi Dallas dan mengatakan bahwa itu merupakan keadilan.

Dalam video terpisah yang diunggahnya di situs Youtube, Long menggambarkan dirinya sebagai mantan Kristen dan mantan anggota Nation of Islam. Namun ia berulang kali mengatakan ia kini tak berafiliasi dengan kelompok mana pun.

"Mereka akan mencoba mengaitkan diri anda dengan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) atau beberapa kelompok teroris lainnya. Tidak, saya berafiliasi dengan semangat keadilan. Tak ada yang lain," ujarnya.

Belum diketahui motif sesungguhnya dari Long, yang tewas ditembak polisi tepat di hari ulang tahunnya ke 29 tersebut. Namun dilansir laman BBC News, Long melalui video yang diunggahnya sempat mengeluhkan perlakuan polisi kepada warga keturunan Afrika-Amerika. Ia juga menyerukan perlawanan pada polisi.

Di tweetnya pekan lalu, Long mengatakan kekerasan memang bukan jawaban. Tapi menurutnya sampai kapan semua akan berdiam diri, apakah hingga semua yang bukan warga asli Amerika punah.

Kemudian dalam video yang diunggahnya ia menyarankan hanya kekerasan dan tekanan keuangan yang bisa membawa perubahan. "Kami tahu apa yang harus diambil. Itu hanya melawan balik atau uang. Itu semua yang mereka pedulikan. Pendapatan dan darah, pendapatan dan darah, pendapatan dan darah. Tak ada yang lain," kata Long.

Menurut Wall Street Journal, Long berafiliasi dengan kelompok antipemerintah New Freedom Group. Namun juru bicara untuk Southern Poverty Law Center yang melacak kelompok-kelompok ekstremis mengatakan tak memiliki informasi tentang kelompok tersebut. Reuters juga tak dapat mengonfirmasi keberadaan New Freedom Group.

Long pernah bergabung dengan marinir pada Agustus 2005 hingga Agustus 2010. Ia naik pangkat menjadi sersan dan bertugas di Irak dari Juni 2008 hingga Januari 2009. Pria 29 tahun tersebut pernah meraih sejumlah medali dan penghargaan.

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement