Selasa 19 Jul 2016 11:34 WIB

Filipina Tolak Gelar Pembicaraan Bilateral dengan Cina

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Teguh Firmansyah
Suasana sidang Pengadilan Permanen Arbitrase saat memutuskan menolak klaim Cina atas sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan terhadap Filipina, Selasa, 12 Juli 2016.
Foto: Permanent Court of Arbitration via AP
Suasana sidang Pengadilan Permanen Arbitrase saat memutuskan menolak klaim Cina atas sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan terhadap Filipina, Selasa, 12 Juli 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Filipina tolak tawaran Cina untuk menggelar pembicaraan bilateral terkait Luat Cina Selatan. Pada Selasa (19/7), Menteri Luar Negeri Filipina, Perfecto Yasay mengatakan, Filipina menolak karena Cina tak mau  membahas putusan engadilan arbitrase internasional (PCI) soal klaim LCS.

Yasay mengatakan ia sudah bertemu dengan Menlu Cina, Wang Yi saat konferensi Asia-Eropa di Ulaanbaatar pekan lalu. Setelah mengangkat topik putusan, semakin jelas bahwa Cina tidak ingin membahasnya.

"Mereka mengatakan jika Anda bersikeras dengan putusan, membahasnya seperti itu, maka kita mungkin akan melakukan konfrontasi," kata Yasay dalam wawancara dengan saluran berita ABS-CBN. Cina marah dengan putusan PCI yang mengatakan klaim Cina atas LCS ilegal.

Yasay mengatakan Yi telah mengajukan pembicaraan bilateral. Namun ia menolaknya karena hal itu dinilai bukan kepentingan nasional Filipina. Manila ingin menegaskan poin dari aturan selanglah demi selangkah.

Salah satu poin prioritas adalah Filipina ingin Cina tidak melukai nelayannya yang melaut di Dangkalan Scarborough. Penjaga pantai Cina menghalangi kapal Filipina yang menangkap ikan di sana. Padahal wilayah itu masuk ZEE Filipina namun diklaim oleh Cina.

Baca juga, Sengketa Laut Cina Selatan, Cina: Filipina Abaikan Perundingan Langsung.

Yasai berharap putusan pengadilan arbitrase akan membawa negara Asia Tenggara lainnya untuk membuat pernyataan bersama. Cina terlibat sengketa perairan juga dengan Brunei, Malaysia, Taiwan dan Vietnam.

"Saat ini kami belum terikat pembicaraan bilateral dengan siapa pun, namun saya ingin melihat apa kita menuju ke sana," kata Yasay. Cina mengklaim hampir seluruh Laut Cina Selatan yang merupakan jalur maritim utama perdagangan dan bernilai lima trilyun dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement