REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Daging kerbau beku asal India kini sedang dalam perjalanan ke Jakarta sebagai bagian dari upaya Pemerintah Indonesia menurunkan harga daging sapi sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor ternak sapi Australia.
Indonesia diperkirakan akan mengimpor sekitar 10 ribu ton daging kerbau tahun ini yang berasal dari 10 lokasi di India yang dinyatakan bebas penyakit kaki dan mulut (FMD).
Salah satu pelaku industri ternak yang juga direktur PT Juang Jaya Abdi Alam, Dicky Adiwoso, saat dihubungi menjelaskan belum jelas apakah daging kerbau impor itu akan berdampak bagi pasar sapi Australia di Indonesia.
"Ada permintaan untuk protein daging merah yang lebih murah di Indonesia, namun saya kira orang tetap mengutamakan daging segar di pasaran. Jadi daging kerbau dingin atau beku (asal India) ini bukan daging yang biasanya dibeli oleh pasar basah atau orang Indonesia, jadi kemungkinan akan berakhir di pabrik-pabrik yang membuat sosis dan bakso," kata Dicky kepada wartawan ABC.
Dicky Adiwoso mengatakan tantangan bagi kalangan produsen ternak dan penggemukan sapi adalah menunjukkan bahwa kualitas produk mereka lebih baik dibandingkan daging kerbau asal India.
"Seiring dengan meningkatnya tingkat pendapatan rakyat Indonesia, pasar akan meminta daging kualitas tinggi, dan di situlah kami memposisikan diri. Penilaian kami mengenai daging kerbau asal India adalah bahwa dia berada di peringkat terendah di pasaran," katanya.
"Dia akan memenuhi tujuannya, namun pasar ternak Sapi Australia tetap ada begitu juga dengan daging sapi beku dari Australia. Industri ekspor ternak dan industri penggemukan di Indonesia terus mencoba menemukan keseimbangan baru dalam biaya produksinya, dalam memposisikan diri pada segmentasi baru di pasar," jelasnya.