Rabu 20 Jul 2016 10:08 WIB

Imbas Serangan Truk Nice, Prancis Dituding Bantai Warga Suriah

Pesawat tempur Prancis bersiap lepas landas di sebuah lokasi yang dirahasiakan pada Jumat (9/10).
Foto: Reuters
Pesawat tempur Prancis bersiap lepas landas di sebuah lokasi yang dirahasiakan pada Jumat (9/10).

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Kementerian Luar Negeri Suriah pada Selasa (19/7) mendesak PBB agar mengutuk serangan udara Prancis yang ditujukan ke satu kota kecil di Suriah Utara, dan menewaskan 120 warga sipil.

Kementerian tersebut, dikutip dari kantor berita resmi Suriah SANA menyatakan pesawat tempur Prancis, bagian dari koalisi antiteror pimpinan AS, menyerang Desa Tukhan Al-Kubra di pinggir utara Kota Kecil Manbej di Provinsi Aleppo pada Selasa pagi. Pesawat itu melakukan pembantaian berdarah terhadap warga sipil di sana.

Banyak seluruh anggota keluarga habis akibat pengeboman gencar oleh Angkatan Udara Prancis, kata Kementerian tersebut di dalam pernyataan yang dikirim ke PBB dan organisasi yang berafiliasi pada badan dunia tersebut.

"Agresi Prancis telah menewaskan 120 warga sipil, kebanyakan adalah anak kecil, perempuan dan orang tua," kata pernyataan itu.

Baca: Serangan Udara Berlanjut di Aleppo, Bantuan Kemanusiaan Terhenti

Sedangkan nasib puluhan warga sipil lain masih belum diketahui. Pada Selasa pagi, beberapa laporan mengenai serangan udara yang ditujukan ke Manbej pertama kali disiarkan oleh Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia.

Kelompok pengawas tersebut menyatakan koalisi pimpinan AS menyerang Manbej, sebagian bagian dari bentrokan militer yang dilancarkan di sana antara ISIS dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF), kelompok gerilyawan Suriah dukungan AS yang melancarkan serangan di bawah lindungan udara AS pada Mei lalu untuk menguasai kota kecil itu.

Kementerian Suriah tersebut menyatakan pesawat tempur AS melancarkan serangan udara terhadap Mandej pada Senin (18/7), dan menewaskan 20 warga sipil. Kementerian kembali menyampaikan pendapat bahwa serangan udara pimpinan AS di Suriah tidak sah.

Kementerian itu menuduh koalisi tersebut mengarahkan senjatanya terhadap warga sipil yang tidak berdosa dan prasarana, bukan mengarahkannya ke kelompok teror. "Suriah menekankan siapa pun yang ingin memerangi pelaku teror harus berkoordinasi dengan Pemerintah Suriah," kata pernyataan tersebut.

Pernyataan Barat mengenai oposisi moderat di Suriah, katanya, telah membuat malu dan tak bisa diterima. "Amerika Serikat, Qatar, Prancis, Arab Saudi dan Inggris terus mendukung kelompok pelaku teror di Suriah, yang menjadi tanda jelas mengenai keterlibatan negara itu dengan kelompok pelaku teror," kata Kementerian.

Kementerian itu menambahkan kejahatan semacam itu akan membuat menghalangi militer Suriah untuk melaksanakan kewajibannya dalam memerangi kelompok teror.

Baca: Majelis Nasional Prancis Perpanjang Keadaan Darurat

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement