Ahad 24 Jul 2016 14:00 WIB

ASEAN Dorong Terobosan untuk Isu Laut Cina Selatan

Rep: Gita Amanda/ Red: Angga Indrawan
Pulau-pulau kecil dan terumbu karang yang tersebar di Laut Cina Selatan menjadi objek sengketa sejumlah negara di kawasan itu.
Foto: abc
Pulau-pulau kecil dan terumbu karang yang tersebar di Laut Cina Selatan menjadi objek sengketa sejumlah negara di kawasan itu.

REPUBLIKA.CO.ID, VIENTIANE -- Para menteri luar negeri negara-negara Asia Tenggara menggelar pertemuan tingkat tinggi di Laos pada Ahad (24/7). Isu Laut Cina Selatan menjadi salah satu pembahasan utama dalam pertemuan yang dihadiri Beijing tersebut.

Pertemuan di Vientiane merupakan KTT regional pertama yang digelar pascaputusan Pengadilan Arbitrase. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry dan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi termasuk dari mereka yang hadir dalam KTT.

Dilansir Aljazirah, selama ini 10 anggota ASEAN kerap menyatakan siap menjadi tempat Cina bernegosiasi dengan tetangganya terkait sengketa itu. Namun Beijing selama ini menolak dan bersikeras perselisihan teritorial harus diselesaikan secara bilateral.

Sementara ASEAN dalam beberapa tahun terakhir telah menyajikan diri sebagai front yang bersatu melawan Cina. Mereka menuduh Cina membentuk aliansi dengan negara-negara kecil di ASEAN seperti Laos dan Kamboja melalui bantuan dan pinjaman.

Sebelumnya putusan Pengadilan Arbitrase menyatakan kemenangan bagi Filipina dan menolak klaim Cina atas Laut Cina Selatan. Namun hal itu membuat marah Beijing yang menolak putusan tersebut.

Diplomat ASEAN telah bekerja untuk menghasilkan komunike bersama yang akan diumumkan pada akhir dari KTT lima hari. Namun sekutu Cina seperti Kamboja telah menentang hal itu. Sebuah rancangan kerja komunike menunjukkan bagian berjudul Laut Cina Selatan kosong.

Washington selama ini mendukung Filiina. pejabat Departemen Luar Negeri mengatakan AS akan mendorong ASEAN meredakan ketegangan di Laut Cina Selatan dan menemukan kesamaan.

Kebuntuan yang sedang berlangsung di Vientiane telah menyebabkan kekhawatiran terulangnya KTT di Kamboja 2012, di mana blok itu gagal mengeluarkan komunike bersama untuk pertama kalinya dalam sejarah karena perbedaan pendapat atas Laut Cina Selatan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement