REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kandidat presiden dari Partai Republik Donald Trump telah melarang Muslim masuk ke AS. Sikap Trump pun mendapat kecaman dari berbagai kalangan, termasuk umat Islam di Paman Sam.
Kendati begitu, Sajad Tarar yang menyebut dirinya Muslim memiliki pandangan berbeda. Ia menilai Trump merupakan sosok tepat untuk memimpin AS ke depan.
Dalam wawancara khusus dengan News.com.au, Tarar yang juga pendiri Muslim for Trump mengungkapkan secara rinci alasan mengapa ia memilih bos properti itu. "Donald Trump merupakan kandidat pertama yang menyebut radikal Islam sebagai ancaman," ujar Tarar.
Baca juga, Trump Memperluas Larangan Masuk Muslim, Bukan Mencabutnya.
Setiap orang mengetahui kelompok radikal Islam bukan hanya ancaman masyarakat Barat, tetapi Islam itu sendiri. "Agama kami telah dibajak oleh Islamis radikal dan Muslim harus berdiri melawan mereka negaranya sendiri."
Menurutnya Alqaidah dan Taliban telah membunuh banyak Muslim dari siapapun. Dengan alasan itu, sebagai Muslim Amerika perlu mencari sosok yang kuat.
Tarar pun membantah jika Trump ingin melarang seluruh Muslim masuk ke AS. Ia juga tak setuju jika Trump disebut menyampaikan retorika anti-Islam. "Ia tak pernah menginginkan untuk melarang 1,5 miliar Muslim di dunia. Muslim merupakan korban media liberal," katanya.
Ia mengatakan larang yang dimaksud Trump ada pengecualian. Namun media menghapus bagian pengecualian itu dan mengatakan, "Trump ingin melarang Musli. Ia adalah anti-Imigran."