Rabu 27 Jul 2016 13:26 WIB

'Tak ada Pernyataan ASEAN Soal LCS Bukan Berarti Cina Menang'

Citra satlit pada April 2015 menunjukkan landasan udara yang sedang dibangun di Karang Fiery Cross, Laut Cina Selatan.
Foto: reuters
Citra satlit pada April 2015 menunjukkan landasan udara yang sedang dibangun di Karang Fiery Cross, Laut Cina Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Filipina mendorong penyertaan keputusan arbitrase dalam pernyataan gabungan negara-negara Asia Tenggara. Menteri Luar Negeri FIlipina Perfecto Yasay mengatakan kegagalan untuk hal itu bukan menjadi sebuah kemenangan diplomatis bagi Cina, Rabu (27/7).

Dia mengatakan Filipina tidak mencari dukungan dari Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) atau dari komunitas internasional terkait kasus arbitrasenya terhadap Cina atas Laut Cina Selatan, dan tidak ingin menekan isu itu untuk memprovokasi Cina.

Yasay mengatakan setelah kembali dari sebuah pertemuan para menteri luar negeri di Laos, pada saat dimana ASEAN menolak proposal yang didukung Amerika Serikat untuk menyebutkan hasil keputusan pengadilan 12 Juli itu, yang menggagalkan klaim Cina terhadap sebagian besar Laut Cina Selatan.

"Saya hanya mengatakan ini untuk menyanggah laporan yang mengatakan Cina menang dalam pertemuan ASEAN itu karena kami sepakat tidak menyebutkan keputusan arbitrase itu. Namun itu bukanlah objek pertemuan kami di ASEAN, keputusan arbitrase itu merupakan masalah antara Cina dengan Filipina," Yasay mengatakan dalam sebuah konferensi pers.

Yasay mengatakan dikeluarkannya pernyataan bersama itu merupakan kemenangan bagi ASEAN, yang terpecah belah namun menunjukkan mereka bersatu dalam kebutuhan untuk terus mengikuti ketentuan internasional dan memastikan perdamaian.

Filipina dan Vietnam keduanya menginginkan keputusan itu dan meminta penghormatan terhadap hukum maritim internasional untuk dikeluarkan dalam pernyataan bersama itu, namun Kamboja menolaknya.

Filipina mundur untuk mencegah perbedaan yang akan menyebabkan pernyataan bersama itu gagal dikeluarkan, kebuntuan kedua dalam 49 tahun sejarah kelompok itu. Yasay mengatakan Filipina tidak ingin bersenang diri akan kemenangan itu, atau mengganggu hubungan dengan ASEAN.

Yasay juga mengatakan dia menginginkan China mengambil posisi agar dialog dapat dilaksanakan namun tidak mengatakan apakah Filipina akan bersikeras untuk mendiskusikan keputusan arbitrase itu atau tidak. Yasay menemui Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry pada Rabu di Manila, dimana Yasay mengucapkan terima kasih atas dukungan Washington terhadap keputusan pengadilan itu.

Kerry akan menemui Presiden Filipina, Rodrigo Duterte pada Rabu dan akan membicarakan sikap setelah keputusan pengadilan itu, seorang pejabat Amerika Serikat mengatakan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement