REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Presiden Suriah Bashar Al-Assad akan memberi amnesti kepada para pemberontak yang menyerah kepada pihak berwenang, Kamis (28/7). Ia mengatakan tawaran ini berlaku hingga tiga bulan ke depan.
Pengumuman yang disiarkan melalui media resmi pemerintah negara itu datang menyusul diperketatnya keamanan oleh pasukan Assad di wilayah-wilayah yang dikuasai oposisi. Salah satunya adalah bagian utara Aleppo, yang hingga kini membuat setidaknya 250 ribu warga sipil terjebak.
Rusia yang berada di pihak Assad mengatakan tiga koridor akan dibentuk oleh pasukan pro-pemerintah untuk mengevakuasi warga sipil. Diharapkan, seluruhnya dapat diselamatkan sebelum konflik semakin meluas.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan operasi kemanusiaan dalam segala besar akan diluncurkan di wilayah sekitar Aleppo. Pemerintah Suriah juga menawarkan jalan keluar bagi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang menyerahkan diri.
"Kami akan melakukan operasi kemanusiaan dalam skala besar dan membantu menyelamatkan warga sipil yang disandera oleh kelompok militan seperti ISIS," ujar Shoigu, dilansir Belfast Telegraph, Kamis (28/7)
Konflik Suriah terjadi di mana sejumlah oposisi menentang kekuasaan Assad. Perang antara pasukan pro-pemerintah dan oposisi terjadi. Sejumlah negara yang terlibat seperti Amerika Serikat (AS) dan Rusia berada di pihak berlawanan. AS mendukung pasukan oposisi dan meminta agar Assad mundur dari jabatan sebagai orang nomor satu di Suriah.