REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Fenomena La Nina diprediksi terjadi pada kuartal ketiga tahun ini. Namun diperkirakan intensitasnya akan lemah dan tidak terlalu kuat dibandingkan El Nino, yang berakhir Mei tahun ini.
La Nina disebut-sebut dapat mempengaruhi curah hujan dan suhu di negara tropis, yaitu menurunkan suhu permukaan air laut, di antaranya di bagian timur dan tengah Samudera Pasifik. Sementara itu, El Nino justru membuat suhu permukaan laut kian hangat.
"Jika fenomena La Nina terjadi, intensitasnya diprediksi cukup rendah," terang Rupa Kumar Kolli, kepala divisi pelayanan dan aplikasi cuaca dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Kamis. WMO berada di bawah Badan Perserikatan Bangsa-bangsa.
"Apabila prediksi itu tepat, maka puncak La Nina akan terjadi pada akhir tahun. Kami akan mengamati titik tertingginya pada awal tahun," tambahnya merujuk pada 2017 mendatang.
WMO menjelaskan pekan lalu, bumi tengah mengalami tahun terpanasnya, bahkan suhu menghangat lebih cepat dari yang diperkirakan. "Jika La Nina terjadi, fenomena itu berbeda dampaknya dan sedikit menurunkan suhu dunia," ujar Maxx Dilley, direktur urusan prediksi dan adaptasi iklim WMO.