REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina dan Rusia akan mengadakan latihan militer bersama di Laut Cina Selatan untuk pertama kalinya pada September. Tindakan ini berpotensi meningkatkan ketegangan regional yang belum mereda pasca putusan internasional Arbitrase.
Departemen Pertahanan Cina Kamis (28/7) menegaskan spekulasi sejak bulan lalu oleh media Cina dan Rusia terkait latihan bersama tersebut. Dalam menanggapi pertanyaan media, juru bicara Yang Yujun mengatakan, latihan bertujuan untuk memperdalam kerja sama militer dan kemampuan melawan ancaman keamanan maritim.
Ia menegaskan, bahwa itu adalah latihan rutin dan tidak menargetkan negara pihak ketiga. Hubungan Cina dan Rusia kian dalam di bawah Presiden Xi Jinping dan Presiden Vladimir Putin. Kedua negara telah mengadakan latihan bersama sejak 2012 di Laut Kuning, Laut Jepang, Laut Cina Timur dan Laut Mediterania.
Analis Cina mengatakan itu hanya masalah waktu untuk menyelenggarakan latihan di Laut Cina Selatan. Sebab, wilayah itu merupakan satu-satunya yang tersisa di halaman belakang Cina yang belum digunakan untuk latihan.
William Choong dari Institut Studi Strategis Internasional mengatakan, respons Amerika Serikat untuk latihan tersebut tergantung pada skala dan yang lebih penting, apakah latihan diadakan di dekat Spratly yang disengketakan. Sebagai unjuk kekuatan, Cina mengadaka dua latihan militer. Satu sebelum dan satu setelah putusan arbitrase di Laut Cina Selatan meski tidak dekat Spratly dan lebih dekat ke pulau Hainan selatan.
"Latihan bersama akan terlihat sebagai langkah tidak tepat waktu dan tidak bermaksud baik Cina yang bisa memperburuk ketegangan," kata Choong dilansir the Straits Times, Jumat (29/7).