REPUBLIKA.CO.ID, SAMBURU -- Sekelompok perempuan memilih untuk hidup berdampingan menjaga singa-singa di Samburu National Reserve, Kenya. Seperti diketahui, salah satu ancaman terbesar bagi singa adalah manusia yang tega membunuh mereka. Singa-singa Samburu yang datang ke lokasi perternakan warga seringkali menemui ajal.
Proyek Mama Simba dimulai ketika sejumlah perempuan lokal datang ke organisasi konservasi singa Kenya, Ewaso Lions, untuk belajar. Mama Simba berarti 'Ibu Singa' dalam bahasa lokal, Maa.
"Mereka bersikeras bisa melakukan apa saja sebaik prajurit (laki-laki) kalau diberi kesempatan," kata manajer konservasi Ewaso Lions, Heather Gurd, dilansir dari BBC, Kamis (4/8). Memang, selama ini para perempuan Samburu cenderung pasif dibanding laki-laki. Mereka tidak pernah bersentuhan dengan konservasi satwa.
Ewaso Lions kemudian mendidik perempuan Samburu untuk berhitung, membaca, dan konservasi satwa liar, Mereka juga dilatih seni kerajinan manik-manik supaya tidak menggantungkan pendapatan pada ternak.
Sejak diluncurkan pada 2013, lebih dari 300 perempuan Samburu telah berpartisipasi dalam program ini. Selama ini, perempuan Samburu menghabiskan sebagian besar waktu di daerah satwa liat saat mereka mengumpulkan kayu bakar, mengambil air, atau menjaga ternak. Mereka sering bersentuhan dengan singa.
Para perempuan dilatih untuk melindungi kandang ternak mereka dari predator. Mereka juga belajar bagaimana mengidentifikasi jejak karnivora. Mereka akan memberitahu Ewaso bila ada penampakan singa atau konflik yang timbul atas kehadiran singa itu. Sikap para perempuan suku tradisional ini pun terbukti menjadi lebih positif.
Keterlibatan para perempuan tradisional dalam proses konservasi menjadi senjata ampuh. Tidak hanya untuk populasi singa, tapi juga paradigma masyarakat. "Saya sekarang tidak bisa menerima tindakan orang yang membunuh singa," kata salah satu warga, Ntomuson Lelengeju.
Direktur Eksekutif Ewaso Lions, Shivani Bhalla, melihat adanya perubahan nyata dalam diri para perempuan Samburu tersebut. "Mereka dulu sangat tenang dan pemalu, tidak pernah berbicara dalam setiap pertemuan masyarakat atau tentang satwa liar. Sekarang mereka vokal terhadap konservasi."