Senin 08 Aug 2016 17:15 WIB

Koalisi Pemberontak Siap Kuasai Seluruh Aleppo

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ani Nursalikah
Asap hitam membubung dari distrik Salah Eddin, Aleppo saat bentrok antara pemberontak dengan militer Suriah (Reuters/Goran Tomasevic)
Asap hitam membubung dari distrik Salah Eddin, Aleppo saat bentrok antara pemberontak dengan militer Suriah (Reuters/Goran Tomasevic)

REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Aliansi pemberontak Suriah mengumumkan dimulainya pertempuran merebut kembali seluruh Aleppo. Tentara Conquest, koalisi kelompok pemberontak termasuk Jabhat Fatah al-Sham (sebelumnya Front al-Nusra) mengatakan dalam sebuah pernyataan, Ahad (7/8), mereka akan menggandakan jumlah pasukan untuk pertempuran berikutnya.

"Kami mengumumkan dimulainya fase baru untuk membebaskan semua warga Aleppo. Kami tidak akan beristirahat sampai kami menaikkan bendera penaklukan atas benteng Aleppo ini," kata kelompok itu seperti diberitakan Aljazirah, Senin (8/8).

Rekaman yang diperoleh Aljazirah menunjukkan pasukan pemberontak di pos pemeriksaan pemerintah pada Sabtu (6/8) setelah menembus pengepungan. Ini merupakan kemunduran besar bagi pasukan Presiden Bashar al-Assad. Sebuah konvoi truk pikap pemberontak memasuki wilayah oposisi melalui rute baru yang dibuka Ahad (7/8), membawa bantuan makanan untuk sekitar 300 ribu warga yang terperangkap di dalamnya.

Kepala Observatorium Suriah untuk HAM (SOHR) yang berbasis di Inggris Rami Abdel Rahman mengatakan, itu adalah salah satu kekalahan paling signifikan bagi pemerintah sejak konflik meletus Maret 2011 .

Kekhawatiran tumbuh di bagian yang dikuasai pemerintah. Mereka kekurangan makanan dan bahan bakar di tengah pemberontak yang berusaha mengelilinginya.

"Wilayah barat Aleppo kini dikepung. Tidak ada rute aman bagi warga sipil di wilayah yang dikuasai pemerintah untuk masuk atau keluar kota," kata Rahman.

Pertempuran Aleppo, kota terbesar kedua Suriah telah berkecamuk sejak pertengahan 2012. Ini merupakan salah satu yang paling sengit dalam perang yang telah menewaskan hampir 400 ribu orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement