Rabu 10 Aug 2016 13:43 WIB

PBB Minta Gencatan Senjata Dilakukan di Aleppo

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ani Nursalikah
Foto milik kelompok antipemerintah Suriah, Aleppo Media Center (AMC) ini menunjukkan warga Suriah yang melihat kerusakan gedung akibat serangan udara di Aleppo, Suriah pada 26 Juli 2016.
Foto: Aleppo Media Center via AP
Foto milik kelompok antipemerintah Suriah, Aleppo Media Center (AMC) ini menunjukkan warga Suriah yang melihat kerusakan gedung akibat serangan udara di Aleppo, Suriah pada 26 Juli 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Kekhawatiran terhadap warga sipil yang terperangkap tanpa makanan dan kekurangan air membuat PBB pada Selasa (9/8) menyerukan gencatan senjata demi akses kemanusiaan di kota yang diperangi.

"Pemotongan ini datang di tengah gelombang panas, menempatkan anak-anak pada risiko penyakit yang ditularkan melalui air," kata Hanaa Singer, perwakilan UNICEF di Suriah dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Aljazirah.

Pernyataan itu mengatakan warga sipil Aleppo, terutama anak-anak bida menghadapi bencana kemanusiaan di tengan internsifnya pertempuran.

Baca: Pemberontak Suriah Sangkal Kehilangan Wilayah Aleppo

Seorang warga di lingkungan Bustan al-Qasr Aleppo Fayez Sandeh mengatakan, sangat sedikit makanan dan obat yang telah memasuki kota dalam beberapa hari terakhir karena pertempuran yang terus berlanjut.

"Bahan bakar belum masuk dan listrik tidak teratur (di sini)," katanya. "Kami tidak memiliki air selama lebih dari 10 hari. Kami menggunakan air sumur, tapi itu tidak sehat bagi manusia. Kami tidak memiliki pilihan lain," ujar Sandeh.

Konflik Suriah dimulai dengan protes damai menentang Presiden Bashar al Assad Maret 2011, tapi dengan cepat berkembang menjadi perang sauara penuh tanpa jeda selama lima tahun.

Observatorium memperkirakan, lebih dari 280 ribu orang telah tewas di seluruh pertumpahan darah, sementara upaya untuk menegosiasikan resolusi konflik telah berulang kali gagal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement