REPUBLIKA.CO.ID, ST PETERSBURG -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Selasa (9/8) menggelar pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di St Petersburg, Rusia. Dalam pertemuan yang diduga bermaksud memberi sinyal pada Barat itu, mereka sepakat mempererat hubungan.
Setelah pembicaraan mereka di Konstantin Palace di St Petersburg, kedua pemimpin menekankan keinginan bersama mereka membangun kembali hubungan kedua negara. Namun masih belum jelas apakah mereka juga mencapai kesepakatan bersama dalam krisis Suriah. Putin mengatakan, ia dan Erdogan akan melakukan diskusi terpisah terkait hal itu yang melibatkan diplomat dan pejabat intelijen.
Berulang kali menyebut Putin teman baik, Erdogan menahan diri menyebutkan poin mencuat setelah pembicaraan. Ia berharap hubungan baik sepenuhnya akan segera terjalin kembali.
Diantara banyak kesepakatan Erdogan mengatakan, Turki siap melaksanakan proyek pipa gas alam yang diusulkan Moskow dan kesepakatan untuk Rusia membangun pembangkit listrik tenaga nuklir pertama Turki. Kedua proyek tersebut diumumkan tahun sebelumnya, tapi tertahan kasus jatuhnya jet Rusia di perbatasan Suriah November lalu.
Hubungan Turki-Rusia mencapai titik beku setelah peristiwa tersebut, hingga Erdogan meminta maaf kepada Rusia pada Juni lalu. Putin kemudian menjawab dengan memerintahkan pemerintahannya memulai pembangunan kembali hubungan dengan Turki. Pada saat Turki dilanda upaya kudeta 15 Juli lalu, Putin segera menawarkan dukungannya.
Erdogan menekankan, janji dukungan tersebut dan mengatakan itu sangat penting bagi Turki secara psikologis. "Ini menawarkan kami dukungan moral dan menunjukkan solidaritas Rusia pada Turki," katanya.
Sementara itu Putin juga berbicara mengenai perbaikan hubungan. Hanya saja ia terdengar lebih berhati-hati, dan memperingatkan akan butuh waktu untuk memulihkan hubungan sepenuhnya.