REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Rusia pada Rabu (10/8) mengatakan, akan ada gencatan senjata di kota Aleppo, Suriah, yang memungkinkan konvoi kemanusiaan memasuki kota dengan aman. Gencatan yang akan dimulai pada Kamis (11/8) ini, berlangsung selama tiga jam setiap harinya di kota tersebut.
Aleppo telah terbagi menjadi wilayah yang dikuasai pemerintah dan pemberontak. Di kota yang dikuasai pemberontak, sekitar 250 ribu orang diperkirakan hidup dalam pengepungan sejak Juli setelah pasukan pemerintah memutus Castello Road yang merupakan rute pasokan utama ke kota.
Berbicara di televisi, pejabat senior Departemen Pertahanan Rusia Letnan Jenderal Sergei Rudskoi mengatakan gencatan senjata dalam pertempuran akan berlangsung mulai pukul 10.00 hingga 13.00 waktu setempat. Rudskoi mengatakan pernyataan dari pengendalian bersama pengiriman bantuan kemanusian melalui Castello Road sedang dibahas bersama PBB dan Amerika Serikat.
Ia menegaskan kembali bahwa selama gencatan semua aksi militer, serangan udara dan artileri, akan dihentikan untuk periode tiga jam. Rudskoi menambahkan Rusia, akan bekerja sama dengan Damaskus untuk memastikan pengiriman bantuan aman.
"Ini untuk memastikan semua organisasi yang tertarik memiliki kesempatan memberikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk Aleppo," kata Rudskoi.
Namun juru bicara kelompok pemberontak utama di Aleppo mengatakan kepada Reuters, mereka skeptis terhadap rencana Rusia ini.
"Apakah dengan publisitas ini Rusia menjadi pihak yang netral? Apa itu tiga jam? Dalam tiga jam mereka hanya akan membom Idlib (yang dikuasai pemberontak)!" kata juru bicara Nour al Din al-Zinki, Abd al-Salaam Abd al-Razzaq.
Pada Rabu, serangan di Idlib menewaskan sedikitnya 19 orang dan melukai puluhan lainnya. Kota Saraqeb di Idlib, juga telah menerima serangan udara berat setiap hari sejak sebuah helikopter Rusia ditembak jatuh sekitar 10 hari lalu.