REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Hubungan Rusia dan Turki semakin membaik setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Vlatimir Putin bertemu. Keduanya bahkan sepakat untuk menyelesaikan persoalan regional, termasuk Suriah.
Namun sejumlah pihak bertanya-tanya, apakah keduanya bisa membereskan konflik itu mengingat sikap dan posisi politik yang berbeda? Selama ini Turki membela oposisi, sedangkan Putin sebaliknya mendukung Presiden Bashar al-Assad.
Menurut Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, Turki dan Rusia memiliki pandangan yang sama dalam mendorong gencatan senjata di Suriah, penyaluran bantuan dan solusi politik untuk mengakhiri krisis. "Kita memiliki sejumlah pandangan yang sama," ujarnya, kemarin.
Upaya kedua negara mempererat kerja sama di kawasan bukan main-main. Delegasi Turki, termasuk Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan bertolak ke Rusia menindaklanjuti upaya penyelesaian konflik itu.
Konflik di Suriah telah berlangsung sejak 2011. Ratusan ribu orang tewas, dan jutaan warga mengungsi akibat konflik berkepanjangan itu.
Selama ini, Turki menjadi salah satu penyokong utama oposisi bersama Negara Teluk dan Barat. Turki berseberangan dengan Rusia yang mendukung Presiden Assad.
Baca juga, Turki Merapat ke Rusia.
Hingga kini jet tempur Rusia terus membombardir basis oposisi di Aleppo. Belum ada tanda-tanda serangan itu akan berakhir.
Menurut Cavusoglu, Turki hendak membangun mekanisme kuat dengan Rusia dalam membangun solusi di Suriah. Kendati keduanya mungkin akan berbeda dalam mengimplementasikan gencatan senjata.