Selasa 16 Aug 2016 07:41 WIB

Langkah Tertatih Evakuasi Medis Si Gadis Suriah

Rep: Kabul Astuti/ Red: Andi Nur Aminah
Ghina Wadi, gadis kecil Suriah yang tertembak di bagain kakinya
Foto: Aljazeera
Ghina Wadi, gadis kecil Suriah yang tertembak di bagain kakinya

REPUBLIKA.CO.ID, SURIAH -- Ghina Wadi, seorang gadis Suriah berusia 10 tahun tertembak di bagian kaki kiri oleh seorang penembak jitu awal Agustus silam. Setelah belasan hari telantar tanpa pengobatan memadai, Wadi akhirnya menjalani operasi di Damaskus.

Wadi dipindahkan dari Madaya ke Damaskus oleh Palang Merah Arab-Suriah setelah hampir dua pekan mengalami luka parah. Semula, menurut Amnesty International, pemerintah Suriah menolak membiarkan Wadi meninggalkan kota untuk operasi. Kelompok ini kemudian meluncurkan petisi online untuk menyerukan evakuasi Wadi.

"Ini mengerikan, dia dibiarkan menderita selama berhari-hari," kata direktur program perwakilan Timur Tengah dan Afrika Utara, Magdalena Mughrabi Talhami, dilansir Aljazeera, Selasa (16/8).

Wadi terkena tembakan di bagian kaki kirinya dalam sebuah perjalanan bersama adiknya yang berusia delapan tahun untuk membelikan obat bagi sang ibu. Peluru yang mendarat di kakinya menghancurkan paha, menyebabkan patah tulang kompleks, dan pemutusan saraf. Wadi sempat dibawa ke rumah sakit darurat di Madaya. Namun rumah sakit itu hanya bisa memberikan obat penenang untuk meringankan rasa sakit selama 15 menit.

Evakuasi Wadi dari Madaya diiringi seruan kelompok-kelompok hak asasi internasional. Saudaranya, Nagem, juga membutuhkan operasi untuk mengangkat pecahan peluru dari lengannya. Bibi Ghina Wadi yang tinggal di London, Fadah Jassem, menuturkan, keponakannya telah tiba di rumah sakit al Mousawat di Damaskus setelah dievakuasi pada Ahad (14/8).

"Hari ini Ghina menjalani operasi selama tiga jam. Dia harus menerima sebuah batang ditempatkan di kakinya, tulang itu terlalu hancur untuk disembuhkan," kata Jassem.

Ghina Wadi tidak sendiri. Ribuan warga sipil yang terperangkap di Madaya mengalami kekurangan pasokan obat-obatan maupun tenaga medis. Kota yang dikuasai pasukan pemberontak ini telah dikepung oleh tentara pemerintah Suriah yang setia kepada Bashar al Assad selama lebih dari satu tahun.

Warga Madaya dikelilingi 12 ribu ranjau darat dan 65 pos pemeriksaan yang dijaga oleh penembak jitu. "Antara November 2015 sampai Mei 2016, lima anak meninggal akibat ranjau darat dan penembak jitu di Madaya," kata koordinator penelitian Physicians for Human Rights, Elise Baker.

Staf medis di Madaya tidak bisa memberikan pengobatan yang diperlukan untuk menyelamatkan nyawa anak-anak ini. Mereka berulang kali meminta evakuasi, tapi tidak dikabulkan.

Rumah sakit darurat di kota itu kekurangan perlengkapan bedah, anestesi, dan antibiotik yang sangat diperlukan untuk menyembuhkan luka. PHR menambahkan, rumah sakit itu hanya dikelola oleh dua mahasiswa kedokteran gigi dan kedokteran hewan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement